KITAB SIFAT SHALAT NABI Redaksi Bacaan Tasyahud

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 
 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu 


══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah, 

Kita sampai kepada pembahasan tentang "Jenis-jenis / Macam-macam Redaksi Tasyahud".


Redaksi tasyahud ini berbeda-beda. Banyak perbedaan pada redaksi tasyahud. Dan ini masuk dalam ranah _khilaf tanawwu'_. 

Khilaf tanawwu' adalah perbedaan yang merupakan variasi suatu amalan. Dan di dalam shalat banyak khilaf tanawwu' ini. Berbeda-beda tapi semuanya boleh dilakukan. Karena itu hanya merupakan sebuah variasi di dalam melakukan ibadah shalat. 

Di antara yang ada khilaf tanawwu'-nya adalah bacaan tasyahud. Di antara yang ada khilaf tanawwu'-nya adalah doa istiftah. Di sana ada macam-macam doa istiftah dan semuanya boleh untuk kita baca. Ada khilaf tanawwu' juga dalam bacaan rukuk. Ada beberapa bacaan rukuk, kita bisa memilih. Ada khilaf tanawwu' dalam bacaan i'tidal. Ada khilaf tanawwu' dalam bacaan sujud. Ada khilaf tanawwu' dalam meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Ada khilaf tanawwu' dalam meletakkan tangan di atas paha ketika tasyahud atau ketika duduk; bisa di atas paha, bisa di atas lututnya. Ini khilaf tanawwu', khilaf atau perbedaan yang merupakan variasi suatu amalan. Semuanya dibolehkan karena semuanya ada dalil shahih. Tasyahud juga demikian.


[ صِيَغُ التَّشَهُّدِ ]  

- Redaksi-redaksi Tasyahud -


وَعَلَّمَهُمْ ﷺ أَنْوَاعًا مِنْ صِيَغِ التَّشَهُّدِ : 

Dahulu Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada para sahabatnya bermacam-macam redaksi tasyahud: 

Yang pertama yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala adalah:
1) Tasyahudnya Ibn Mas'ud radhiyallahu anhu.

Tasyahudnya Ibnu Mas'ud maksudnya adalah tasyahud yang riwayatnya datang dari sahabat Ibnu Mas'ud, bukan tasyahud yang dibuat oleh Ibnu Mas'ud. 

Beliau mengatakan: 

[ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ التَّشَهُّدَ - [ وَ ] كَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ - كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنَ القُرْآنِ : ] 

"Dahulu Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepada aku bacaan tasyahud, sementara telapak tanganku berada di antara kedua telapak tangan Beliau, sebagaimana Beliau mengajarkanku surat dari Al-Qur'an" 

Jadi berarti beliau dalam keadaan bersalaman, karena tangannya Ibnu Mas'ud diapit oleh dua tangannya Rasulullah ﷺ. Beliau bersalaman dengan Rasulullah ﷺ. 

Ini termasuk di antara cara Rasulullah ﷺ mengajarkan bacaan-bacaan. Sambil mengajarkan Beliau mengapit tangan orang yang diajari. Mungkin agar lebih memperhatikan. Ketika keadaannya demikian, seseorang akan lebih memperhatikan apa yang disampaikan kepada dia. 

Bacaan dari tahiyyat tersebut adalah: 

[ اَلتَّحِيَّاتُ لِله وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّباَتُ ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهاَ النَّبِيُّوَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى عِباَدِاللهِ الصَّالِحِيْنَ ] 

/At-tahiyyaatu lillaah, wash-sholawaatu wath-thoyyibaat. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin/ 

[ فَاِنَّهُ إِذَا قَالَ ذَلِكَ؛ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ] 

"Apabila seseorang mengucapkan bacaan ini" yaitu
[ اَلسَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى عِباَدِاللهِ الصَّالِحِيْنَ ]
/As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin/ 

"maka doa tersebut akan sampai kepada semua hamba Allah yang saleh baik di langit maupun di bumi." 

[ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

/Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

[ وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانِيْنَا، ] 

"ketika itu Beliau berada di tengah-tengah kita"
  
[ فَلَمَّا قُبِضَ ] 

"ketika Beliau diwafatkan," 

[ قُلْنَا : السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِ ]

"maka kami mengganti bacaannya dengan bacaan: 'assalaamu 'alannabiyyi' [ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِ ]" 
bukan "assalaamu 'alaika" [ السَّلَامُ عَلَيْكَ ]. 

Ini tasyahudnya Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu. 

[ اَلتَّحِيَّاتُ لِله وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّباَتُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهاَ النَّبِيُّوَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى عِباَدِاللهِ الصَّالِحِيْنَ ] 

Kemudian beliau mengatakan, "Ini ketika Beliau masih hidup. Ketika Beliau sudah wafat, kami membacanya" 

[ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللّٰهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

/As-salaamu ‘alanabiyyi wa rohmatullaahi wa barokaatuh, As-salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish-shoolihiin, Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh/ 

Agar kita tahu terjemahannya ya, dan kita bisa merenungi apa makna bacaan tahiyyat: 

[ اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ ]
'At-tahiyyaatu lillaah' artinya adalah: "Segala ucapan penghormatan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". 
Segala ucapan penghormatan atau semua ucapan penghormatan itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

[ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ]
'wash-sholawaatu wath-thoyyibaat':
"Doa-doa pengagungan dan untaian-untaian pujian yang baik hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala." 

Ada yang mengatakan  [ الصَّلَوَاتُ ] 'as-sholawaatu' di sini : "semua shalat itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala"; shalat-shalat yang kita ketahui, ibadah. 

Ada yang mengatakan sebagaimana di sini diterjemahkan: "doa-doa pengagungan". [ الصَّلَوَاتُ ] 'as-sholawaatu' artinya "doa-doa pengagungan". 

[ وَالطَّيِّبَاتُ ]
'wath-thoyyibaat': "kalimat-kalimat yang baik itu hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". 

[ اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ] 

'As-salaamu‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh':
Ini artinya seperti salam kita, 
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
"Semoga keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan Allah Subhanahu wa Ta’ala terlimpahkan kepada engkau, wahai Nabi." 

[ اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ] 

"Semoga keselamatan terlimpahkan kepada kami dan kepada semua hamba Allah yang saleh." 

Makanya jadilah orang-orang yang saleh. Kalau kita jadi orang yang saleh, orang yang baik, orang yang taat, kita akan mendapatkan doanya semua orang yang shalat. Semua orang yang shalat pasti dia mendoakan hamba-hamba Allah yang saleh. Tugas kita adalah menjadikan diri kita sebagai hamba-hamba Allah yang saleh, agar masuk dalam doanya semua orang yang shalat. 

Coba bayangkan, dalam sehari lima kali didoakan. Bahkan kalau tasyahudnya dua kali. Kalau tasyahudnya dua kali kita didoakan dalam satu shalat dua kali. Kalau kita menjadi orang-orang yang saleh, didoakan dengan doa keselamatan. Dan keselamatan di sini umum, keselamatan di dunia dan keselamatan akhirat. 
"Semoga keselamatan selalu terlimpahkan kepada hamba-hamba Allah yang saleh."
Semua hamba Allah yang saleh masuk di dalamnya. 

[ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ ]
'Asyhadu al-laa ilaaha illallaah':
"Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala." 

[ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ]
'wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh':
"Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala." 

Itulah arti dari bacaan tasyahud. Bagi yang belum hafal artinya, dihafalkan. Ini kita ulang-ulang. Kalau kita terus gunakan itu, lama-lama kita akan hafal dengan sangat kuat. Hafalan kita akan sangat kuat. Karena setiap membacanya kita merenungi artinya, merenungi terjemahannya. 

Walaupun kita belum paham bahasa Arab, tapi kalau kita tahu, 'at-tahiyyat' itu artinya "semua kata penghormatan"; 'lillahi': "bagi Allah".  Kita kalau hafal satu kalimat-satu kalimat terjemahannya, walaupun kita tidak tahu susunan bahasa Arab, kita akan mampu untuk memahami. Apalagi antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab itu dalam masalah susunan tidak ada perbedaan banyak. Makanya kalau kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia bisa runut. Sebagian besar kalimat dalam bahasa Arab kalau kita terjemahkan kata perkata masih bisa runut. Ya walaupun ada beberapa yang tidak bisa runut, tapi kebanyakan demikian. 

Hafalkan satu-satu kata, misalkan satu hari ini coba hafalkan makna
[ اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ ]
'attahiyyatulillah' artinya itu "semua kata penghormatan itu hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". 
Sudah, itu kita hafalkan. Misalnya hari ini satu kali. 

Kemudian hari berikutnya hafalkan yang selanjutnya,
[ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ]
'wash-sholawaatu wath-thoyyibaat' artinya: ash-shalawaat. 
Ada yang mengatakan 'shalawaat' di sini adalah "semua shalat"; "semua ibadah shalat itu bagi Allah". Ada yang mengatakan "kata-kata pengagungan"; "Kata-kata pengagungan itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". 

Sedangkan [ الطَّيِّبَاتُ ] 'ath-thoyyibaat'
artinya adalah: ada yang mengatakan "Al kalimatut thayyibat itu bagi Allah". Ada yang mengatakan: "Semua kata sanjungan, untaian-untaian pujian itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". 

Hari berikutnya, hafalkan makna yang berikutnya, makna kata yang berikutnya. Lama-kelamaan kalau kita punya perhatian dalam masalah ini kita akan bisa hafal semua bacaan di dalam shalat kita. 

Al-Fatihah, kita baca terus Al-Fatihah dalam shalat kita. Kita hafalkan satu ayat-satu ayat setiap hari. Dalam tujuh hari kita akan bisa menghafalkan terjemahan Al-Fatihah dari awal sampai akhir. Sehingga ketika kita baca, kita bisa merenungi kandungan dari Al-Fatihah itu dengan baik. Kalau kita bisa merenungi, tentunya kita bisa khusyuk di dalam shalat kita.
Wallahu Ta'ala A'lam. 

____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  1

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu 


══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah, 

Kita sampai kepada pembahasan tentang "Jenis-jenis / Macam-macam Redaksi Tasyahud". 

Redaksi tasyahud ini berbeda-beda. Banyak perbedaan pada redaksi tasyahud. 

2) Tasyahudnya Ibnu Abbas 

Tasyahudnya Ibnu Abbas berarti tasyahud yang riwayatnya datang dari sabahat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. 

كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدُ كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّوْرَةَ مِنَ الْقُرْآنِ ، فَكَانَ يَقُوْلُ : 

Ibnu Abbas juga mengatakan, 
"Dahulu Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kami bacaan tasyahud seperti Beliau mengajarkan kepada kami satu surat dari Al-Qur'an." 

Ini sama dengan perkataan Ibnu Mas'ud yang sebelumnya. 

Beliau mengatakan, dahulu Rasulullah ﷺ membaca, 

[ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلهِ ] 

/At-tahiyyaatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu lillaah/ 

Di sini kalau antum sudah hafal terjemahan dari tasyahudnya Ibnu Abbas, di sini hanya ada tambahan [ الْمُبَارَكَاتُ ] 'al-mubaarokatu'.
Tahiyyat artinya "Semua kata penghormatan bagi Allah". 
Dalam kata-katanya atau redaksinya Ibnu Mas'ud seperti ini, 'at-tahiyyatul lillah': "Semua kata penghormatan itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". 

Kalau di sini, [ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ ] 'At-tahiyyaatul mubaarokaat' hanya ada tambahan sifat yang diberkahi. Semua kata penghormatan yang diberkahi/yang berkah itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. "Semua kata penghormatan yang diberkahi itu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala". Begitu pula shalawat dan kalimat-kalimat yang thayyibah, kalimat-kalimat yang baik, pujian-pujian bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang baik itu hanya bagi Allah. 

[ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ] 

/As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar-rosuulullaah/ 

Dalam riwayat lain,
[ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ]
/wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Ada perbedaan sedikit saja. 
Di sini, di tasyahudnya Ibnu Abbas tidak dikatakan "Dahulu kami membaca [ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ ] 'as-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu' saat Rasulullah masih hidup; sedangkan saat Rasulullah ﷺ sudah wafat maka kami membaca [ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] 'assalaamu 'alannabiyyi'." 

Tidak dikatakan demikian di dalam riwayat Ibnu Abbas ini -radhiyallahu anhu-. Ini menunjukkan bahwa beliau membacanya secara umum, baik ketika Rasulullah ﷺ masih hidup ataupun saat Rasulullah ﷺ sudah wafat. Bacaannya sama. 

Makanya para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. 
Apakah kita dianjurkan untuk mengganti
[ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ]
'as-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu'
dengan [ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] 'assalaamu 'alannabiyyi',
ataukah tidak dianjurkan untuk mengganti? 

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala memilih pendapat yang dianjurkan untuk diganti. Jadi ketika kita membaca salam kepada Rasulullah ﷺ , tidak memakai kata ganti "kamu", kata ganti _mukhatab_, kata ganti kedua. "Kamu" itu kata ganti kedua. Kalau dalam bahasa Arab istilahnya "mukhatab"; kalau dalam bahasa Indonesia mungkin "kata ganti orang kedua", diganti dengan tanpa ada dhomirnya, tanpa ada kata gantinya, langsung, "Semoga keselamatan terlimpahkan kepada Nabi."

Syaikh Albani memilih pendapat ini. Dan ini pendapatnya Ibnu Mas’ud. Seperti ini ya perbedaan pendapat. Beliau berpegang dengan riwayatnya Ibnu Mas’ud dan riwayatnya shahih. 

Adapun jumhur ulama mengatakan tidak dianjurkan untuk diganti. Mereka memilih jalan _tarjih_. Cara mentarjihnya adalah dengan mengatakan, ada perbedaan di kalangan para sahabat dalam masalah ini, sehingga tidaklah perkataan sahabat yang satu berhak untuk didahulukan atas perkataan sahabat yang lainnya. 

Maksudnya, perkataan sahabat di sini tidak bisa dijadikan sebagai dalil. Sehingga kita kembali kepada hadits. Haditsnya bagaimana? Haditsnya Rasulullah ﷺ mengajarkan salamnya dengan dhomir mukhatab, dengan kata ganti orang kedua. Sehingga kita tetap membaca, 

[ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ] 

/As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh/ 

Kalau ada yang bertanya, mana dalil yang menunjukkan bahwa para sahabat berbeda pendapat di sini?
Dalilnya adalah riwayat dari sahabat Umar Ibnu Khattab radhiyallahu anhu. Di sini disebutkan di bacaan yang kelima, redaksi tasyahud yang kelima. 
Di situ dikatakan, 

كَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُعَلِّمُ النَّاسَ التَّشَهُّدَ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ.

"Dahulu sabahat Umar Ibnu Khattab radhiyallahu anhu, mengajarkan tasyahud kepada orang-orang dan ketika itu beliau di atas mimbar."

Ini menunjukkan bahwa sahabat Umar Ibnu Khattab mengajarkan tasyahud saat Rasulullah ﷺ sudah wafat. Mana dalil yang menunjukkan Rasulullah sudah wafat ketika itu? Karena beliau mengajarkannya di atas mimbar. Kalau Rasulullah ﷺ masih hidup, tidak akan sahabat Umar Ibnu Khattab berani mengajarkan tasyahud ini kepada orang-orang di atas mimbarnya Rasulullah ﷺ. Ini menunjukkan bahwa beliau mengajarkan tasyahud ini setelah Rasulullah ﷺ wafat. 

Dan lihat bagaimana redaksi tasyahud sahabat Umar Ibnu Khattab, 

[ التَّحِيَّاتُ للهِ ، الزَّاكِيَاتُ للهِ ، الطَّيِّبَاتُ للهِ ، السَّلَامُ عَلَيْكَ...
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ] 

/At-tahiyyaatu lillaah, az-zaakiyaatu lillaah, ath-thoyyibaatu lillaah, as-salaamu 'alaika... As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Di sini jelas disebutkan,
[ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ] 

/As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh/ 

Padahal Rasulullah sudah wafat. Sehingga perkataan Ibnu Mas’ud yang mengatakan, 
“Dahulu kami ketika Rasulullah masih hidup membacanya,
'As-salaamu 'alaika' [ السَّلَامُ عَلَيْكَ ]
setelah Rasulullah wafat, kami membacanya,
"[ السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] 'Assalaamu 'alannabiyyi'
Itu hanya sebagian sahabat. 

Sahabat yang lainnya tetap pada pendirian sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga di sini kita mengambil kesimpulan, para sahabat di sini berbeda pendapat. Ketika para sahabat berbeda pendapat, kita tidak bisa menjadikannya sebagai dalil. Perkataan sahabat yang satu bukanlah dalil atas perkataan sahabat yang lainnya. Sehingga kita kembalikan kepada apa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ ketika Beliau masih hidup. 

Dan ketika Beliau masih hidup, Beliau tidak mengatakan, nanti kalau saya sudah wafat ganti bacaannya. Sehingga itu menunjukkan keumuman. Bacaan tersebut dibaca ketika Beliau masih hidup dan disyariatkan untuk dibaca ketika Beliau sudah wafat.
Wallahu Ta'ala A'lam. 

____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  2

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Ibnu Umar dan Abu Musa Al Asy'ari 


══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita sudah sampai pada tasyahud, bahwa tasyahud merupakan sesuatu yang menjadi rukun shalat. Tasyahud awal wajib, sedangkan tasyahud akhir dia merupakan rukun shalat. Tasyahud awal wajib karena Rasulullah ﷺ dahulu memerintahkannya. Kemudian di salah satu keadaan, Beliau pernah lupa melakukan tasyahud awal dan Beliau ganti dengan sujud sahwi. Ini menunjukkan bahwa tasyahud awal sesuatu yang diwajibkan di dalam shalat. Sehingga ketika ditinggalkan harus diganti dengan sujud sahwi. Adapun tasyahud akhir, maka ini merupakan rukun shalat. Kalau tidak dilakukan, maka shalat menjadi tidak sah dan tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. 

Dan tasyahud ini mempunyai banyak redaksi dalam bacaannya. Kalau kita kumpulkan redaksi-redaksi yang shahih, minimal ada enam. 
Ada enam redaksi dalam tasyahud: 
1) Ada tasyahudnya sahabat Umar ibnu Khattab radhiyallahu Ta'ala anhu. 
2) Ada tasyahudnya sahabat Ibnu Umar radhiyallahu Ta'ala anhuma.
3) Ada tasyahudnya sahabat Ibnu Mas'ud radhiyallahu Ta'ala anhu.
4) Ada tasyahudnya sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu Ta'ala anhuma.
5) Ada tasyahudnya Abu Musa Al-Asy'ari  radhiyallahu Ta'ala anhu.
6) Ada juga tasyahudnya ibunda kita A'isyah radhiyallahu Ta'ala anha. 

Ini minimal ya, ada enam riwayat tasyahud yang shahih. Dan ketika kita mendapati riwayat-riwayat yang shahih tentang bacaan-bacaan di dalam shalat, maka kita boleh membaca salah satunya. 

3) Tasyahudnya sahabat Ibnu Umar radhiyallahu Ta’ala anhuma. 

[ اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ الِلهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ الِلهِ  الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا الِلهِ ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

/At-tahiyyaatu lillaah, wash-sholawaatu wath-thoyyibaat. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

4) Tasyahudnya sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu Ta’ala anhu. 

Beliau pernah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengatakan di dalam hadits yang menjelaskan tentang shalat, 

❲ وَإِذَا كَانَ عِنْدَ الْقَعْدَةِ ، فَالْيَكُنْ مِنْ أَوَّلِ قَوْلِ أَحَدِكُمْ : ❳ 

"Apabila salah seorang dari kalian dalam posisi duduk (maksudnya duduk tasyahud) maka hendaklah yang pertama kali diucapkan oleh dia adalah bacaan ini"
(ini bacaan tasyahud) 

[ اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلهِ ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ الِلهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ ، ]
(dalam satu riwayat sampai di sini; dalam riwayat lain ada tambahan 'wahdahu laa syariika lah' 
[ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ]
➭berarti dalam riwayatnya sahabat Ibnu Umar radhiyallahu Ta'ala anhuma)
[ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

/At-tahiyyaatuth-thoyyibaatush-sholawaatu lillaah. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, (wahdahu laa syariika lah) wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Kemudian Beliau dalam riwayat lain mengatakan,
[ سَبْعُ كَلِمَاتٍ هُنَّ تَحِيَّةُ الصَّلَاةِ ] 

"Inilah tujuh kalimat yang itu merupakan tahiyyatnya shalat" 

Maksudnya bacaan tahiyyat di dalam shalat, ada tujuh kalimat. Tujuh kalimat itu:
'attahiyyat' [ اَلتَّحِيَّاتُ ] 
'at-thayyibaat' [ الطَّيِّبَاتُ ]
'ash-shalawaatu lillah'  [ الصَّلَوَاتُ لِلهِ ].
Ini dianggap tiga karena sebenarnya kalimatnya kalau kita jabarkan/kita urai, sebenarnya kalimatnya:
'at-tahiyyaatu lillaahi' [ اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ ]
'ash-shalawaatu lillaah' [ الصَّلَوَاتُ لِلهِ ]
'at-thayyibaatu lillaah' [ الطَّيِّبَاتُ لِلهِ ] 

Sehingga kalau disusun dengan susunan seperti ini kelihatannya satu, tapi sebenarnya tiga. 
Di sini [ اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلهِ ] 'At-tahiyyaatuth-thoyyibaatush-sholawaatu lillaah' kalau dijabarkan, bisa:
1) 'at-tahiyyaatu lillaahi' [ اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ ]
2) 'at-thayyibaatu lillaah' [ الطَّيِّبَاتُ لِلهِ ]
3) 'ash-shalawaatu lillaah' [ الصَّلَوَاتُ لِلهِ ]
Sehingga dianggap tiga. Sudah yang ketiga. 

4) 'As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh'
[ اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ الِلهِ وَبَرَكَاتُهُ ] 

5) 'As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin'
[ اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ] 

6) 'Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah'
[ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ] 

7) 'wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh'
[ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

Beliau katakan, “Itulah tujuh kalimat yang merupakan bacaan tahiyyat dalam shalat.” Agar orang ingat; untuk memudahkan kita mengingat-ingat. Harus ada 7. Kalau masih 6 berarti ada yang kurang. 

Dan metode seperti ini sering dipakai oleh Rasulullah ﷺ dalam menyampaikan sesuatu. Dan orang Arab biasa seperti itu. Ketika menyampaikan sesuatu, untuk memudahkan agar diingat, maka disebutkan bilangannya. Kadang-kadang bilangan tersebut bukan untuk pembatasan, tapi untuk.. ya agar orang itu ingat bahwa jumlahnya itu ada bilangan tertentu. 

Seperti misalnya, 

❲ كَلِمَتَانِ حَبِيْبَتَانِ عِنْدَ الرَّحْمَنِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّيْسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ ❳ 

"Ada dua kalimat yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih. Dua kalimat tersebut ringan di lisan tapi berat di timbangan." 

[ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ ] 

/Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil 'azhiim/
("Maha Suci Allah, aku memujiNya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung", -ed) 

Jadi orang ketika mendengar, “Ada dua kalimat ...",  ohh berarti di sana harus ada dua kalimat, sehingga orang yang mendengar akan menghafal dua kalimat tersebut dan akan memudahkan mereka untuk mengingatnya. 

Ini juga dipakai oleh sahabat Abu Musa Al-Asy’ari ketika menyebutkan tahiyyatnya Rasulullah ﷺ yang diajarkan kepada beliau. Ada 7 kalimat, yang 7 kalimat itu merupakan bacaan tahiyyat dalam shalat. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  3

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 


👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Riwayat Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu dan 'Aisyah radhiyallahu 'anha 

══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita sudah sampai pada tasyahud. 

5) Tasyahudnya sahabat Umar ibnu Khattab radhiyallahu Ta’ala ‘anhu. 

كَانَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ 

Ini yang saya katakan, bahwa dari riwayat ini kita bisa memahami bahwa dahulu sahabat Umar ibnu Khattab radhiyallahu Ta'ala ‘anhu tidak mengubah redaksi tasyahudnya walaupun Rasulullah ﷺ sudah wafat. Beliau tetap menjaga redaksi itu dengan tetap ada penyebutan kata ganti kedua ketika menyebut Rasulullah ﷺ. 

Di sini disebutkan, 

كَانَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ 

"Dahulu sahabat Umar ibnu Khattab radhiyallahu Ta’ala ‘anhu" 

يُعَلِّمُ النَّاسَ التَّشَهُّدَ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ . 

"beliau mengajarkan kepada orang-orang tasyahud, dan ketika itu beliau di atas mimbar." 

Ini yang menjadi petunjuk bahwa sahabat Umar ibnu Khattab mengajarkan tasyahud ini ketika beliau menjadi khalifah. Ketika beliau menjadi khalifah, jelas Rasulullah ﷺ sudah wafat. Bahkan sahabat Abu Bakar radhiyallahu Ta’ala ‘anhu juga sudah wafat. Maka digantikanlah (oleh) Umar. Ketika beliau menjadi khalifah, beliau mengajarkan banyak syariat Islam kepada rakyatnya. 

Beliau mengatakan di atas mimbar itu, 

       قُوْلُوْ 
“Bacalah" 

[ التَّحِيَّاتُ للهِ ، الزَّاكِيَاتُ للهِ ، الطَّيِّبَاتُ للهِ ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ] 

/At-tahiyyaatu lillaah, az-zaakiyaatu lillaah, ath-thoyyibaatu lillaah, as-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Ya, yang beda cuma awalnya. 

[ التَّحِيَّاتُ للهِ ، الزَّاكِيَاتُ للهِ ، الطَّيِّبَاتُ للهِ ] 

/At-tahiyyaatu lillah, az-zaakiyyaatu lillah, at-thayyibaatu lillah/ 

Inilah yang saya katakan, di tasyahudnya Abu Musa Al-Asy’ari penyebutannya dipersingkat dengan mengatakan, 

[ اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلهِ ] 

/At-tahiyyaatuth thoyyibaatush sholawaatu lillaah/ 

Tapi masih dianggap sebagai tiga kalimat. Dan tiga kalimat ini dijabarkan dalam tasyahudnya sahabat Umar walaupun redaksinya berbeda. 

Kalau di sana ada 'Ash-shalawaat' [ الصَّلَوَاتُ ] kalau di sini tidak ada. Tapi tiga redaksi disebutkan secara terpisah. 

'At-tahiyyaatu lillah' [ التَّحِيَّاتُ للهِ ] , ini satu kalimat. 
'Az-zaakiyyaatu lillah' [ الزَّاكِيَاتُ للهِ ] , kalimat kedua. 
'At-thayyibaatu lillah' [ الطَّيِّبَاتُ للهِ ] , ini kalimat ketiga. 

Yang seterusnya sama dengan tasyahudnya sahabat Ibnu Abbas,  

[ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ] 

/Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Dari sini kita memahami bahwa dahulu sahabat Umar ibnu Khattab radhiyallahu Ta’ala ‘anhu tidak mengubah redaksi tasyahudnya. Karena ternyata riwayat yang shahih dari beliau, beliau tetap mengajarkan seperti ini pada kaum muslimin, padahal ketika itu Rasulullah ﷺ sudah wafat, begitu pula sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu Ta’ala ‘anhu. 

6) Tasyahudnya ibunda kita ‘Aisyah radhiyallahu Ta’ala ‘anha. 

قَالَ الْقَاصِمْ بِنْ مُحَمَّدُ : 

Al-Qasim bin Muhammad mengatakan, 

كَانَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا تُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدُ ، 

"Dahulu, ‘Aisyah, ibunda kita, mengajarkan kepada kita bacaan tasyahud” 

وَتُشِيْرُ بِيَدِهَا 

"dan beliau memberikan isyarat dengan tangan beliau" (tangan ‘Aisyah radhiyallahu Ta’ala ‘anha, ibunda kita) 

تَقُوْلُ :
"Ibunda kita mengatakan" 

[ اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلهِ ، اَلسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ] 

/At-tahiyyaatuth-thoyyibaatush-sholawaatuz-zaakiyaatu lillaah. As-salaamu 'alan-nabiyyi/ 

[ اَلسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ ]
/As-salaamu 'alan-nabiyyi/
Di dalam riwayat ini, kata-katanya, "As-salaamu 'alan-nabiyyi". Dalam riwayat lain, redaksinya masih [ اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ ] 'Assalaamu ‘alaika...' 

Dalam redaksi dari/redaksi yang disebutkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa dan sanadnya dishahihkan oleh Imam Al-Baihaqiy, Imam An-Nawawi, dan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahumullah jamii’an, redaksinya masih [ اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ ] 'Assalaamu ‘alaika...'
Disebutkan di situ, 

أَنَّهَا كَانَتْ تَقُوْلُ إِذَا تَشَهَّدَتْ 

“Bahwa Beliau dahulu ketika bertasyahud, Beliau mengatakan” 

[ اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ لِلهِ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ ، وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ ] 

/At-tahiyyaatuth-thoyyibaatush-sholawaatuz-zaakiyaatu lillaah. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa anna Muhammadan 'abdullahi wa rosuuluh. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. As-salaamu 'alaikum/ 

Ini redaksi dari tasyahudnya ibunda kita ‘Aisyah radhiyallahu Ta’ala ‘anha yang disebutkan oleh Imam Malik rahimahullahu Ta’ala dalam kitab beliau Al-Muwaththa dengan sanad yang shahih. 

Adapun yang disebutkan oleh Syaikh Albani dalam Sifat Shalat Nabi ini, ini dari riwayat yang lain. Redaksinya berbeda. 

[ اَلتَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ الزَّاكِيَاتُ للهِ ، اَلسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ، اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

/At-tahiyyaatuth-thoyyibaatush-sholawaatuz-zaakiyaatu lillaah. As-salaamu 'alan-nabiyyi wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Ya akhirnya sama dengan tasyahudnya sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu Ta’ala ‘anhu. 

Inilah redaksi yang bermacam-macam dari tasyahud yang semua riwayatnya shahih, sehingga kita boleh untuk memilih salah satunya. 

____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  4

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Redaksi Bacaan Tasyahud ~ Bolehkah Menggabungkan Lebih dari Satu Redaksi dalam Satu Tasyahud? 

══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita sudah sampai pada tasyahud. 

Ustadz, kalau digabung boleh tidak, redaksi-redaksi tasyahud?
Kita katakan, tidak boleh. Kenapa?
Karena maknanya hampir sama. Tidak boleh misalnya, dalam satu tasyahud kita membaca lebih dari dua redaksi. Misalnya, kita pertama membaca redaksinya tasyahud Ibnu Mas’ud. 

[ اَلتَّحِيَّاتُ لِله وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّباَتُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهاَ النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ. ( السَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ) اَلسَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى عِباَدِاللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ] 

/At-tahiyyaatu lillaah, wash-sholawaatu wath-thoyyibaat. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. (assalaamu 'alannabiyyi wa rohmatullaahi wa barokaatuh) As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh / 

Kemudian kita balik lagi, kita pakai tasyahudnya sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu Ta’ala ‘anhuma dengan membaca, 

[ التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلهِ .السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ] 

/At-tahiyyaatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu lillaah. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. As-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar-rosuulullaah/ 

Atau dalam riwayat lain,
[ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ]
/wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rosuuluh/ 

Tidak boleh seperti ini, karena sebenarnya para sahabat tersebut meriwayatkan tasyahud yang diinginkan oleh Rasulullah ﷺ, dan perbedaannya sedikit sekali. Tujuannya sama, membaca tasyahud untuk duduk tasyahudnya. Sehingga tidak boleh kita gabung. 

Berbeda, kalau bacaannya memang berbeda jauh. Seperti misalnya bacaan rukuk. Bacaan rukuk ada lebih dari satu, tapi bacaannya beda jauh. 

Ada bacaan 
[ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ ] 3x 

/Subhaana robbiyal 'azhiim/
_(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung, dan dengan pujian untuk-Nya, -ed)_ 

Kemudian ada bacaan
[ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ] 

/Subhaanakallaahumma robbanaa wa bihamdika, allaahummagh-fir lii/
_(Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan dengan pujian untukMu. Ya Allah, ampunilah aku, -ed)_ 

Ada bacaan yang itu. Tapi dua bacaan ini sangat beda isi kandungannya. Maka menurut Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala boleh digabung. Dan itu yang ana (saya, -ed) lihat lebih kuat ya, pendapat yang mengatakan boleh menggabung bacaan-bacaan yang memang isi kandungannya tidak sama, ya.. jauh berbeda. 

Bacaan sujud juga demikian. Ada banyak bacaan sujud dan isi kandungannya berbeda-beda. Maka yang seperti ini, ana melihat yang lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan "boleh untuk menggabungnya", daripada pendapat yang mengatakan: harus satu, diulang-ulang silakan; diulang-ulang sampai seribu kali silakan, kalau ingin, misalnya, sujudnya lama sekali. Ada pendapat yang mengatakan demikian: sudah, satu saja. 

Rasulullah ﷺ mengajarinya satu-satu. Maka kita bisa katakan bahwa, apa bedanya kita mengulang-ulang dan pengulangan tersebut mungkin juga kita tidak mendapatkan riwayat dari Rasulullah ﷺ sampai mengulangnya seribu kali. Kalau itu dibolehkan, kenapa yang seperti ini tidak dibolehkan? (menggabung bacaan-bacaan yang isi kandungannya tidak sama, -ed) Kan sama-sama ada riwayatnya dari Rasulullah ﷺ. 

Seperti misalnya bacaan i’tidal. Ada beberapa bacaan yang isi kandungannya sangat berbeda. Maka yang seperti itu, kalau kita ingin i’tidal dalam waktu yang lama sebagaimana dahulu juga dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, maka ana melihat, boleh diulang-ulang. Satu bacaan diulang-ulang. Boleh juga digabungkan dengan redaksi yang memang isi kandungannya jauh berbeda. 

Begitu pula dengan doa iftitah ketika kita shalat malam. Kadang-kadang kita ingin shalat malam berdirinya dalam waktu yang lama. Dan kita ingin doa iftitahnya juga panjang. Maka ketika keadaannya seperti ini, saya melihat tidak ada masalah ketika kita menggabung doa iftitah yang bermacam-macam tersebut dalam satu pembukaan shalat kita setelah takbiratul ihram. 

Berbeda ketika kita menjadi imam. Ketika kita menjadi imam, di situ ada dalil yang menunjukkan bahwa dahulu Rasulullah ﷺ saat membaca doa iftitah ketika Beliau menjadi imam, Beliau membacanya dalam waktu yang singkat. Maka ya lebih baiknya seperti itu, kita singkat doa iftitah kita ketika menjadi imam. Adapun ketika shalat sendiri, maka kita bebas melamakan doa iftitah tersebut. 
Wallahu Ta’ala A’lam. 

____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  5

Postingan populer dari blog ini

Al Fatihah 1

BIMBINGAN SINGKAT AMALAN HAJI

BEKAL ISLAM