KITAB SIFAT SHALAT NABI Bacaan Sujud






🌏 https://grupislamsunnah.com/


👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽 Audio ke-104: Pembahasan tentang Sujud Bag 06 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud



══════════════════ 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Tentang masalah dzikir, kita boleh membaca bacaan-bacaan yang riwayatnya shahih dari Nabi kita Muhammad ﷺ. 

Adapun dalam masalah doa ketika sujud maka tidak harus ada riwayatnya dari Nabi kita Muhammad ﷺ. Karena dalam masalah doa ketika sujud, Rasulullah ﷺ tidak membatasi bacaannya, tapi Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa ketika sujud. Sehingga harus dibedakan antara bacaan dzikir ketika sujud dengan doa kita ketika sujud. 

Dalam masalah bacaan dzikir ketika sujud maka kita harus ada dalilnya. Harus ada dalil yang shahih yang menjelaskan masalah itu, bahwa itu adalah bacaan yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

Dan bacaan yang shahih dari Nabi Muhammad ﷺ ketika sujud, banyak. Adapun masalah doa maka tidak harus ada riwayatnya dari Rasulullah ﷺ karena Rasulullah sudah memerintahkan dengan perintah yang umum: "Adapun di dalam sujud maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa". 

Sehingga semua yang masuk dalam kategori doa masuk dalam perintah Rasulullah ﷺ ini. Bahkan kalau kita misalnya tidak bisa bahasa Arab, kita terpaksa berdoa dengan bahasa Indonesia, maka ini pun masuk dalam perintah Nabi Muhammad ﷺ: 

وَأَمَّا السُّجُوْدُ فَاجْتّهِدُوا فِيْهِ مِنَ الدُّعَاءِ 

"Adapun di dalam sujud maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa" 

Jadi doa ini Rasulullah ﷺ tidak membatasinya dengan bahasa Arab. Yang penting berdoa. Jadi berdoa ini walaupun dengan selain bahasa Arab, namanya tetap berdoa. Sehingga doa ini tidak harus dengan bahasa Arab. 

Yang tidak boleh di dalam shalat adalah berbincang-bincang, ngobrol dengan manusia. Ini yang tidak diperbolehkan walaupun dengan bahasa Arab. Tapi kalau namanya ngobrol, ini membatalkan shalat. 

لَا يَصْلُحُ فِيْهَا كَلَامٌ مِنَ النَّاسِ أَوْ كَلَامٌ النَّسِ 

Kata Rasulullah ﷺ, shalat itu tidak boleh di dalamnya ada pembicaraan manusia.
Maksudnya adalah obrolan, perbincangan. Ini yang membatalkan shalat walaupun dengan bahasa Arab. Adapun doa maka tidak membatalkan shalat walaupun dengan selain bahasa Arab. 

وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرُّكْنِ أَنْوَاعًا مِنَ الْأَذْكَارِ وَالْأَدْعِيَةِ ، تَارَةً هَذَا ، وَتَارَةً هَذَا : 

Rasulullah ﷺ di dalam rukun ini, dahulu membaca dzikir-dzikir dan doa-doa yang bermacam-macam. Kadang-kadang Beliau memilih doa yang ini atau dzikir yang ini, kadang-kadang Rasulullah ﷺ memilih doa yang itu atau dzikir yang itu. 

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala di dalam kitabnya beliau ini, beliau membawakan 12 macam dzikir dan doa yang dahulu pernah dibaca oleh Rasulullah ﷺ di dalam sujudnya. 

Ini termasuk keistimewaan dari kitab ini; Sifat Shalat Nabi Muhammad ﷺ  ini di antara keistimewaannya adalah mengumpulkan bacaan-bacaan di dalam rukun shalat. Dan beliau benar-benar berusaha untuk mengumpulkan sebanyak mungkin bacaan-bacaan yang menurut beliau riwayatnya shahih. Dan saya melihat kitab beliau ini punya keistimewaan dalam masalah ini. Bacaan-bacaan di setiap rukunnya sangat banyak. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  


🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽 Audio ke-105: Pembahasan tentang Sujud Bag 07 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 02


══════════════════ 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Di antara bacaan tersebut: 

1) Yang pertama 

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى  ( ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ) ❳ 

Membaca [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] 3x 

وَ ❲ كَانَ ــ أَحْيَانًا ــ  يُكَرِّرُهَا أَكْثَرْ مِنْ ذَلِكَ ❳ 

Kadang-kadang Beliau mengulang-ulang bacaan [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] lebih dari tiga kali. 

Dari mana tahu? Dari lamanya sujudnya Rasulullah ﷺ. Kadang-kadang Beliau sujudnya lama, kalau yang dibaca [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] tentunya lebih dari tiga kali. 

Apalagi bagi ulama yang mengatakan, dahulu Rasulullah ﷺ itu tidak menggabungkan bacaan yang macam-macam. Tapi yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ adalah membaca satu jenis bacaan dzikir, kemudian Beliau ulang-ulang. Kalau sujudnya lama, tentunya lebih dari tiga kali. 

وَبَالَغَ فِيْ تِكْرَارِهَا مَرَّةً فِيْ صَلَاةِ الْلَيْلِ حَتَّى كَانَ سُجُوْدُهُ قَرِيْبًا مِنْ قِيَامِهِ ، وَكَانَ قَرَأَ فِيْهِ ثَلَاثَ سُوَرُ مِنَ الطِّوّالِ :  { البَقَرَةْ } وَ { النِّسَّاء } وَ { آل عِمْرَان } ، يَتَخَلَّلُهَا دُعَاءٌ وَاسْتِغْفَارٌ ، كَمَا سَبَقَ فِي ❲ صَلَاةِ الْلَيْلِ ❳. 

Bahkan kadang-kadang Rasulullah ﷺ sangat memanjangkan sujudnya sehingga itu berarti Beliau sangat banyak dalam mengulang-ulang [ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ] -nya. Sampai kadang-kadang sujudnya Beliau itu hampir sama dengan berdirinya. Padahal di dalam berdirinya, Beliau kadang-kadang membaca tiga surat yang sangat panjang yaitu surat Al-Baqarah, surat An-Nisa dan surat Ali Imran. 

Belum lagi di dalam membaca surat-surat tersebut ada tambahan doa, ada tambahan istighfar. Ketika ayatnya tentang perintah untuk berdoa, Beliau berdoa; ayatnya tentang surga, Beliau meminta surga; ayatnya tentang neraka, Beliau berlindung dari neraka; tentang rahmat, beliau minta rahmat, ada istighfarnya juga, sebagaimana telah lalu di shalat malam. 

Di dalam pembahasan ini Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan, kadang-kadang sujudnya Rasulullah ﷺ sangat panjang sekali seperti berdirinya, atau hampir seperti berdirinya, mendekati lamanya Beliau saat berdiri di dalam shalat. 

Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat, karena ada dua riwayat yang berbeda. Ada riwayat yang mengatakan, dahulu Rasulullah ﷺ ketika shalat, berdirinya Beliau, rukuknya Beliau, i'tidalnya Beliau, sujudnya Beliau, duduknya Beliau, itu hampir sama lamanya. 

Dan beberapa ulama atau sebagian ulama memaknai hadits ini seperti yang tampak dalam kata-kata itu. Apa yang tampak dari kata-kata itu? Bahwa memang antara berdirinya, rukuknya, i'tidalnya, sujudnya, duduknya, hampir sama. 

Sehingga kalau di dalam berdiri Rasulullah ﷺ membaca surat Al-Baqarah, surat An-Nisa dan surat Ali Imran, berarti rukuknya hampir sama dengan itu. Berarti sujudnya hampir sama dengan itu. Berarti duduknya hampir sama dengan itu. Ada sebagian ulama yang memahami demikian. Dan sebagian ulama tersebut mengatakan ini dilakukan oleh Rasulullah ﷺ kadang-kadang saja. 

Ada sebagian ulama yang lain dan ini yang jumhur -mayoritas ulama- mereka mengatakan di sana ada dua rukun; ada dua kelompok rukun. Kelompok rukun yang pertama adalah berdiri dan tasyahud. Berdiri maksudnya sebelum rukuk. Berdiri sebelum rukuk dan duduk ketika tasyahud. Ini kelompok rukun yang pertama. 

Dahulu Rasulullah ﷺ biasanya lebih memanjangkan kelompok rukun yang pertama ini, berdiri dan duduk ketika tasyahud lebih lama daripada rukun yang lainnya. 

Adapun kelompok rukun yang kedua, maka masuk di dalamnya rukuk, i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud. Ini yang hampir sama lamanya berdasarkan hadits di dalam Shahih Bukhari. Yang di dalam hadits tersebut disebutkan: 

( مَا خَلَلْ قِيَامِ وَالْقُعُوْدُ ) 

Rukun-rukun shalatnya Rasulullah ﷺ lamanya hampir sama, kecuali berdirinya Beliau dan duduknya Beliau. 

Para ulama ketika mensyarah kata-kata ini, mereka mengatakan, berdiri maksudnya adalah berdiri sebelum rukuknya; dan duduk di sini maksudnya adalah duduk tasyahud-nya. Sehingga menurut pendapat mayoritas ulama ini, kebiasaan shalat Rasulullah ﷺ tidak hampir sama seluruh rukunnya. Tapi yang hampir sama adalah rukun-rukun selain berdiri dan tasyahud. Itulah yang hampir sama. Adapun antara berdiri dengan rukuknya maka selaras, bukan sama. 

Bagaimana maksudnya selaras?
Apabila Beliau berdirinya lama, maka rukuknya lebih lama daripada ketika Beliau berdirinya sebentar. Ketika Beliau berdirinya sebentar, maka rukuknya lebih sebentar lagi. Jadi selaras. Tidak jomplang; tidak berdiri sangat lama, kemudian rukuk sangat cepat, i'tidal sangat cepat, tidak seperti ini. 

Tapi kalau Beliau berdirinya sangat lama, berarti rukuknya juga sangat lama. Tapi bukan berarti sama waktunya, ya selaras. Baru nanti antara rukuk dengan i'tidal, dengan sujud, dengan duduk di antara dua sujud, hampir sama waktunya. Kemudian nanti tasyahud, tasyahudnya lebih lama dari rukun sujud, rukun rukuk, i'tidal dan duduk di antara dua sujud. 

Dan ana melihat pendapat ini lebih kuat karena adanya riwayat dari Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Dan ini yang lebih logis. Karena Rasulullah ﷺ di shalat malamnya kebiasaan Beliau shalat berapa rakaat? Sebelas rakaat. Kalau misalnya, kadang-kadang Rasulullah ﷺ membaca surat Al-Baqarah, kemudian surat An-Nisa, kemudian surat Ali Imran, 3 surat itu berapa juz? 5 juz lebih. Thayyib, 5 juz, 4 setengah halaman. 

Kalau misalnya 5 juz - 4 setengah halaman ini kita katakan ini lamanya berdirinya Rasulullah ﷺ, kemudian rukuknya kita katakan hampir sama dengan itu, katakanlah 5 juz, berarti seperti lamanya orang yang membaca berapa juz? 10 Juz. Itu baru berdiri dengan rukuknya. Belum ketika i'tidal-nya. Nanti hampir sama dengan itu berarti 5 juz lagi, berarti berapa sudah? 15 juz. Nanti sujudnya - 20 juz, duduknya - 25 juz, sujudnya lagi - 30 juz. 

Kalau kita pahami dengan pemahaman yang pertama tadi, yang dipilih oleh Syaikh Albani dan beliau mengatakan ini hanya kadang-kadang, seperti ini malah tidak logis ya, 30 juz dalam semalam dalam satu rakaat. Ini secara logis malah kurang, itu baru rakaat pertama, belum rakaat keduanya nanti bagaimana. 

Makanya yang lebih kuat adalah pendapat mayoritas ulama yang mengatakan bahwa maksudnya "hampir sama" adalah rukun-rukun selain berdiri dan sujud. Dan memang kelihatan, kalau kita melihat hadits-hadits yang lain, memang Rasulullah ﷺ biasanya lebih memanjangkan berdirinya. Makanya ada hadits yang mengatakan: 

( أَفضَلُ الصَّلَاةِ طُوْلُ الْقُنُوْتِ ) 

Shalat yang paling utama adalah shalat yang berdirinya lama. 

Ini berarti Rasulullah ﷺ ketika shalat lebih memperhatikan lamanya berdiri daripada lamanya rukun-rukun yang lainnya. Maksudnya, Rasulullah lebih memperlama berdirinya, karena itulah yang paling afdal. 

Ini menunjukkan, hadits ini menunjukkan bahwa berdiri lebih dipentingkan oleh Rasulullah ﷺ daripada rukun-rukun yang lainnya. Dan ini menguatkan pemahaman jumhur ulama dalam masalah lamanya rukun-rukun di dalam shalatnya Rasulullah ﷺ. 

Jadi rukun-rukun shalat ini terbagi menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama berdiri dan tasyahud. Ini biasanya lebih lama daripada rukun-rukun yang lainnya. Adapun selain itu yaitu rukuk, i'tidal, sujud dan duduknya, ini yang hampir sama. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  


🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

💽 Audio ke-106: Pembahasan tentang Sujud Bag 08 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 03



═════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Di antara bacaan tersebut: 

2) Bacaan yang kedua di dalam sujudnya Rasulullah ﷺ adalah bacaan: 

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ ❳ 

_/Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih/_ dibaca 3x 

"Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi, dan dengan pujian untuk-Nya"
(HR. Abu Daud no. 870) 

Tambahan [ وَبِحَمْدِهِ ] ini diperselisihkan oleh para ulama. 

Ada yang mengatakan tambahan tersebut lemah; ada yang mengatakan sebagaimana dipilih oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala, beliau mengatakan tambahan ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Addaruqutni, Imam Ahmad, Imam Ath-Thabrani, dan Imam Al Baihaqi. Beliau katakan ini shahih. 

3) Bacaan yang ketiga di dalam sujudnya Rasulullah ﷺ : 

❲ سُبُّوْحٌ  قُدُّوْسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ ❳ 

_/Subbuuhun, qudduusun, robbul malaa-ikati war-ruuh/_ 

"Maha suci lagi Maha Kudus, Rabb para malaikat (secara umum) dan Ar-ruh (malaikat Jibril secara khusus)"
(HR. Muslim 1/533, lihat no. 35) 

Apa bedanya [ سُبُّوْحٌ ] dan [ قُدُّوْسٌ ] ? Disebutkan di dalam catatan kakinya, sebelumnya telah disinggung bahwa makna [ سُبُّوْحٌ ] adalah yang disucikan dari segala keburukan, sedangkan [ قُدُّوْسٌ ] adalah yang penuh dengan keberkahan. 

Berarti terjemahannya
[ سُبُّوْحٌ  قُدُّوْسٌ ]
maksudnya adalah Maha Suci dan Maha Berkah. 

[ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ ]
Rabbnya para malaikat, dan Rabbnya Malaikat Jibril. 

Ini berarti dibaca hanya sekali. Atau kalau kita ingin mengulang-ulangnya tidak masalah, tidak ada batasan, sehingga hukumnya kembali ke asal. Kembali ke asal maksudnya tidak ada batasan. Kalau ada batasan baru kita batasi, Kalau tidak ada batasan berarti kita boleh membaca sesuai dengan keinginan kita. 

4) Bacaan yang keempat: 

❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ❳ 

_/Subhaanakallaahumma robbanaa wa bihamdika, allaahummagh-fir lii/_ 

وكان يكثر منه في ركوعه و سجوده ،يتأول القر آن . 

Dan dahulu Rasulullah ﷺ memperbanyak bacaan ini di rukuknya dan di sujudnya sebagai bentuk penafsiran atau pelaksanaan Beliau terhadap firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di dalam surat An Nashr: 

{ اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰهِ وَالۡفَتۡحُۙ , وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخُلُوۡنَ فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اَفۡوَاجًا , فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَاسۡتَغۡفِرۡهُ‌ ؔؕ } 

Maka sucikanlah dengan memuji Rabbmu.
❲ واستغفر ❳
Dan minta ampunlah engkau kepada Dia. 

Jadi ada tasbihnya, ada istighfarnya. 

❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ❳ 

Di situ ada tasbihnya, di situ ada permintaan untuk diampuni oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى . 

"Maha Suci Engkau ya Allah, ya Rabb kami, dan segala puji bagi-Mu, ya Allah ampunilah aku"
(HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)

Thayyib, inipun tidak ada jumlahnya berapa, sehingga kalau kita baca sekali sudah masuk hadist ini. Kalau kita ingin membaca 3 kali juga tidak masalah. Kita baca 5 kali, 10 kali tidak ada masalah, karena Rasulullah ﷺ  tidak membatasinya. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  


🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

Pembahasan tentang Sujud Bag 09 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 04


═════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. 

5) Bacaan sujud yang kelima yang shahih dari Nabi kita Muhammad ﷺ adalah: 

❲ اَللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، [ وَأَنْتَ رَبِّي] ، سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَ صَوَّرَهُ، [ فَأَحْسَنَ صُوَرَهُ ] ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، [ فَـ ] تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ ❳ 

_Allaahumma laka sajadtu, wa bika aamantu, wa laka aslamtu, (wa anta robbii), sajada wajhiya lilladzii kholaqohu wa showwarohu, (fa-ahsana shuwarohu), wa syaqqo sam'ahu wa bashorohu, fa tabaarokallaahu ahsanul khooliqiin._ 

Ini bacaan yang lumayan panjang. 

"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku bersujud, aku beriman kepada-Mu, berserah diri kepada-Mu, Engkaulah Rabbku. Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakan dan membentuknya, lalu membaguskan bentuknya, yang membuka pendengaran dan penglihatannya. Maka Maha Suci Engkau ya Allah sebaik-baik Pencipta." 

Ini juga tidak ada batasan berapa kali. Berarti bisa kita baca sekali, bisa kita baca lebih dari itu. Apalagi kalau kita ingin memperlama sujud kita. 

6) Kemudian bacaan yang keenam: 

❲ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ ، دِقَّهُ وجِلَّهُ ، وأَوَّلَهُ وآخِرَهُ ، وعَلَا نِيَتَهُ وسِرَّهُ ❳ 

Ini juga tanpa ada batasan bilangan. Bisa sekali, bisa lebih dari itu. 

Artinya:  “Ya Allah ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil (atau tidak tampak) atau dosa yang besar. Dosa yang aku lakukan dahulu dan yang akan datang. Dosa yang aku lakukan saat bersama-sama maupun dosa yang aku lakukan saat sendiri." 

Di sini saya ingin memberikan sedikit faidah ya. Di sini kita disyariatkan/dituntunkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ untuk meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa yang kita lakukan secara terang-terangan, dengan dosa-dosa yang kita lakukan secara diam-diam. 

Lebih besar mana dosa yang dilakukan secara terang-terangan dengan dosa yang dilakukan secara sendiri-sendiri? Pada asalnya dosa yang dilakukan terang-terangan itu lebih besar dosanya. 

Dalilnya adalah hadist Nabi Muhammad ﷺ : 

( كُلُّ أُمَّةِ مُعَافَةٌ إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ ) 

Semua umatku itu mempunyai potensi untuk dimaafkan dosanya kecuali mereka yang melakukan dosa secara terang-terangan. 

Jadi misalnya ada orang yang melakukan mabuk-mabukan, minum-minuman keras, sama-sama minum-minuman keras, dosa besar. Ketika dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, dengan ketika dilakukan secara terang-terangan, maka yang melakukannya secara terang-terangan itu lebih besar dosanya. Kita ketika membandingkan itu harus sama-sama ya. Maksudnya sama-sama itu bagaimana? Sama-sama keadaannya. Jadi yang terang-terangan tersebut misalnya dia merasa berdosa tapi dia ingin terang-terangan. Yang sembunyi-sembunyi dia merasa berdosa tapi dia lakukan secara sembunyi-sembunyi. 

Inilah kalau kita membandingkan seperti ini. Ini pembandingan yang adil. Kalau perbandingannya, yang terang-terangan dia merasa berdosa; yang sendiri-sendiri dia tidak merasa berdosa; sama-sama minum-minuman keras, maka ini perbandingan yang tidak sebanding. Kita tidak adil kalau membandingkan sesuatu yang tidak sama. Kalau sama-sama keadaannya, perasaannya merasa bersalah, tapi yang satu dilakukan secara terang-terangan, yang satu dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka yang terang-terangan lebih parah, lebih besar dosanya. 

Akan tetapi, dosa ketika sendiri bisa lebih parah, bisa lebih besar, apabila ada tambahan keadaan yang memperburuknya, seperti misalnya menyepelekan dosa itu. Ketika kita sedang sendiri melakukan dosa dan kita sepelekan, itu berarti secara tidak langsung kita menyepelekan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang selalu mengawasi kita. Makanya ini dosanya menjadi sangat besar. 

Ada sebuah hadist yang menjelaskan masalah ini. Di hari kiamat nanti akan ada orang yang membawa pahala yang sangat banyak. Dijelaskan dalam hadist tersebut pahalanya sampai sebesar gunung Tihamah. Gunung Tihamah ini gunung yang sangat besar di negeri Yaman. Tapi Allah jadikan hilang sama sekali. Kenapa demikian? Karena orang tersebut ketika bersama dengan yang lain kelihatannya baik, tapi ketika dia sendiri, dia lakukan kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kata para ulama ini bukan dosa biasa, tapi karena dia menyepelekan dosa saat sedang sendiri. 

Makanya kita harus tetap bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala saat sedang sendiri. Ini sangat berbahaya. Bahkan Ibnu Rojab rahimahullahu Ta'ala ketika menafsiri hadits: 

( وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيْمَا يَبْدُوْ لِلنَّاسِ وإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ) 

"Sungguh ada orang yang kelihatannya selalu melakukan amalan-amalannya ahli surga, tetapi sungguh dia itu jadi ahli neraka." 

Ibnu Rajab mengatakan, kenapa demikian? Kata Ibnu Rajab, kata-kata Rasulullah ﷺ :
[ فِيْمَا يَبْدُوْ لِلنَّاسِ ] 

Kelihatannya melakukan amalan-amalan ahli surga, itu berarti yang batin/yang tidak terlihat tidak demikian. Ketika sendiri, dia tidak seperti itu, sehingga menjadikan dia su'ul khotimah dan akhirnya masuk neraka. Na'udzubillahi mindzalik. 

Makanya ini menunjukkan betapa berbahayanya maksiat-maksiat yang dilakukan saat sendiri. Jangan kita sepelekan. Jangan menyepelekan kemaksiatan-kemaksiatan yang kita lakukan saat kita sedang sendiri. Bisa jadi itu menjadi sebab su'ul khotimah, -naudzubillahimindzalik- sebagaimana dikatakan oleh para ulama. 

Oleh karenanya, ketika sedang sendiri takutlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalaupun akhirnya kita kalah dengan hawa nafsu kita, kita kalah dengan syaitan kita, jangan menyepelekan. Tetaplah merasa berdosa. Sehingga akhirnya kita punya keinginan yang kuat untuk meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, untuk bertobat kepada-Nya. 

Makanya di dalam shalat kita, kita pun diperintahkan atau dituntunkan oleh Rasulullah ﷺ untuk membaca doa yang seperti ini: "Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dosa yang aku lakukan saat bersama, maupun dosa yang aku lakukan saat sendiri." 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

Pembahasan tentang Sujud Bag 10 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 05

═════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak.  

7) Di antara bacaan tersebut, yang ketujuh: 

❲ سَجَدَ لَكَ سَوَادِيْ وَخَيَالِيْ، وَآمَنَ بِكَ فُؤَادِيْ، أَبُوْءُ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، هَذِيْ يَدِيْ وَمَا جَنَّيْتُ عَلَى نَفْسِ ❳ 

Yang artinya, "Diriku dan khayalku bersujud kepada-Mu, hatiku beriman kepada-Mu, Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku. Inilah tanganku dan segala dosa yang telah aku perbuat atas diriku, maka ampunilah aku." 

Ini doa yang sangat bagus ya, mengakui kekurangan-kekurangan yang banyak yang ada di diri kita. Dan seperti inilah harusnya orang yang shalat; mengakui kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya, banyaknya dosa yang telah dia perbuat, dan banyaknya kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada dia. 

Kalau antum paham bacaan-bacaan seperti ini ya, betapa khusyuknya shalat antum. Kalau tidak paham, sulit untuk khusyuk. 

8) Dzikir yang kedelapan: 

❲ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَالْمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ❳ ، وَهَذَا وَمَا بَعْدَهُ كَانَ يَقُوْلُهُ فِيْ صَلَاةِ اللَّيْلِ . 

Bacaan yang kedelapan ini sampai yang terakhir/bacaan yang kedelapan dan bacaan-bacaan setelahnya, ini dahulu dibaca oleh Rasulullah ﷺ di shalat malamnya. 

❲ سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوْتِ وَالْمَلَكُوْتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ ❳ 

"Maha Suci Dzat pemilik keperkasaan, kerajaan, kebesaran, dan keagungan" 

Ya seperti ini bukan berarti harus dibaca sekali. Di sini tidak ada keterangan berapa dibaca, bukan berarti harus dibaca sekali, tidak. Kita boleh mengulang-ulangnya karena tidak ada pembatasan. Ya sehingga kita lakukan secara bebas. Kita baca sekali tidak masalah, 3x tidak masalah, 10x tidak masalah, atau kita tidak hitung juga tidak ada masalah, karena tidak ada pembatasan. 

9) Yang kesembilan, ini juga dahulu dibaca oleh Rasulullah ﷺ di shalat malamnya. 

Ustadz kalau dibaca di shalat malamnya, apa tidak boleh dibaca di shalat fardhu? Kita katakan: boleh. Kita katakan boleh, tidak ada masalah. Yang boleh dibaca di shalat malam, boleh untuk kita baca di shalat yang lainnya. Pada asalnya demikian. Kecuali ada dalil yang menjelaskan perbedaan itu. Seperti misalnya doa istiftah. 
Dahulu Rasulullah ﷺ kadang-kadang membaca doa istiftah panjang. Kadang membaca doa istiftah dengan doa yang panjang. Ini jangan kita lakukan ketika menjadi imam di shalat fardhu, nanti dikira kita malah lupa. Karena Rasulullah ﷺ dahulu mencontohkannya; ketika shalat fardhu Beliau membaca doa istiftah yang pendek, ada dalil itu. Tapi kalau tidak ada dalil seperti itu, yang membedakan antara shalat fardhu dengan shalat malam, maka pada asalnya bacaannya bisa disamakan. Maksudnya bacaan-bacaan yang dibaca di shalat malam bisa kita baca di shalat fardhu. Pada asalnya demikian. Kecuali ada dalil yang membedakan seperti yang saya contohkan tadi. 

Yang kesembilan: 

❲ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ❳ 

"Maha Suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Engkau." 

10) Yang kesepuluh: 

❲ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ❳ 

"Ya Allah, ampunilah aku, apa yang aku rahasiakan dan aku tampakkan (dari kejelekan/dosa)" 

11) Yang kesebelas: 

❲ اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا ، [ وَفِي لِسَانِي نُورًا ] ، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا ، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا ، وَاجْعَلْ مِنْ تَحْتِي نُورًا ، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا ، وَعَنْ يَمِينِ نُوْرًا ، وَعَنْ يَسَارِي نُوْرًا ، وَاجْعَلْ أَمَامِي نُورًا ، وَاجْعَلْ خَلْفِي نُورًا ، [ وَاجْعَلْ فِي نَفْسي نُورًا ] ، وَأَعْظِمْ لِي نُورًا ❳ 

"Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, jadikanlah di lisanku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya, di bawahku cahaya, di atasku cahaya, di sebelah kananku cahaya, di sebelah kiriku cahaya, di sebelah depanku cahaya, di sebelah belakangku cahaya, jadikanlah pada diriku ada cahaya dan agungkanlah untukku cahaya." 

Intinya, ini adalah doa, meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan cahaya kepada kita. Sehingga di dalam kehidupan ini hati kita menjadi bahagia. Ya kalau ada cahaya, sebagaimana kita di ruangan, kalau ruangannya gelap, tidak ada cahaya, maka hati kita akan gelisah, takut, tidak tenang. 

Berbeda kalau ruangan ini menjadi ruangan yang terang. Kalau redup pun keadaannya lain. Semakin terang semakin kelihatan, atau semakin enak rasanya. Cahaya yang ada di dalam hati kita juga demikian. Atau di sekitar kita yang kita minta dari Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti ini. Itu akan mempengaruhi hati kita. Hati menjadi tenang, menjadi bahagia. 

Begitu pula ketika berjalan, maka jalan kita akan menjadi lurus kalau ada cahayanya. Berbeda kalau kita berjalan di jalan yang gelap, bagaimana jalannya kita? Bisa melenceng, bisa menyimpang. Untuk disuruh jalan lurus kita sulit. Berbeda kalau kita sudah ada cahaya itu, maka jalan kita akan lurus ke surga Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  5


🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

Pembahasan tentang Sujud Bag 11 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 06


═════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud. 

- Pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud - 

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Di antara bacaan tersebut: 

12) Doa yang paling akhir, yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala di dalam Kitab beliau ini: 

❲ [ اَللَّهُمَّ ] [ إِنِّيْ ] أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَ [ أَعُوْذُ ] بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳ 

_"Allaahumma innii a'uudzu biridhooka min sakhothika, wa bimu'aafaatika min 'uquubatika, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa-an 'alaika, anta kamaa ats-naita 'alaa nafsik"_ 

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan aku berlindung kepada ampunan-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu, aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu, karena Engkau adalah sebagaimana pujian Engkau terhadap diri-Mu." 

Maksudnya "aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu", maksudnya: "aku tidak mampu memuji-Mu dengan pujian yang pantas untuk-Mu ya Allah". 

Sebanyak apapun pujian yang kita berikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka pujian tersebut tidak sesuai dengan kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kemuliaan Allah lebih dari itu. 

Makanya para ulama mengatakan, kata-kata sebagian orang yang berdoa dengan doa yang mengatakan: 

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ. 

"Aku memuji-Mu dengan pujian yang sebanding dengan nikmat-Mu" 

[ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ ]
Kata-kata ini tidak pantas bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan para ulama sudah menjelaskan masalah ini. 

Yang tidak pantas 
bukan [ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ]-nya, 
tapi kata-kata [ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ ]. Dan kata-kata ini tidak dari Rasulullah ﷺ . 
Ya [ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ ] -nya, ini yang tidak pantas (dengan pujian yang bisa membalas dengan pantas semua nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala); [ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ  ] (dan bisa membalas semua tambahan-tambahan nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala). 

Ini sesuatu yang tidak pantas, tidak sopan. Karena apa? Sebanyak apapun pujian, sebaik apapun pujian, sebesar apapun pujian (yang) kita berikan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tidak akan bisa sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya. Nikmat-Nya jauh lebih besar dari pujian-pujian kita. 

Begitu pula tambahan-tambahan kenikmatannya, jauh lebih besar daripada pujian-pujian kita. Coba lihat ya kita, berapa kenikmatan yang Allah berikan kepada kita? Setiap detik kita merasakan nikmat tersebut. Tapi pujian kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala apakah setiap detik? Tidak. 

Walaupun setiap detik kita memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka kenikmatan yang Allah berikan kepada kita tetap lebih banyak. Dalam 1 detik misalnya, berapa kenikmatan yang kita rasakan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala? Ada kenikmatan mata, ada kenikmatan telinga, kenikmatan lisan, kenikmatan sehat. Ini apa bisa antum memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan semua kenikmatan tersebut dalam 1 detik itu? Tidak mungkin. 

Kalau antum setiap detik memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala, itu pun masih tidak bisa menutup atau membalas kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau memuji kenikmatan tersebut dengan pujian yang pantas. 

Makanya kata-kata [ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ ] dikatakan oleh para ulama, ini kata-kata yang tidak pantas, tidak sopan, diucapkan untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala (aku memuji kepada-Mu ya Allah dengan pujian yang bisa menutup kenikmatan-kenikmatan, yang bisa membalas dengan pantas kenikmatan-kenikmatan-Mu dan tambahan kenikmatan-kenikmatan-Mu). Ya ini sangat tidak pantas diucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Apabila ada di antara kita yang terbiasa dengan bacaan ini, sebaiknya dihindari. Katakan: 

❲ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳ 

sebagaimana dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ. 

"Aku tidak mampu menghitung pujian-pujian untuk-Mu"
Maksudnya: "Aku tidak mampu memuji-Mu dengan pujian yang Engkau pantasi". 

❲ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳ 

"Engkau ya Allah, kemuliaan-Mu itu sebagaimana pujian-Mu terhadap diri-Mu sendiri." 

(Maksudnya, -ed): "Engkau yang bisa memuji dengan pujian yang pantas untuk diri-Mu. Hanya Engkau. Sedangkan kami tidak mampu memberikan pujian kepada-Mu dengan pujian yang pantas untuk-Mu." 

Ini yang dituntunkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ , dan ini maknanya lebih tinggi. 

❲ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳ 

Thayyib. 
Inilah bacaan-bacaan yang disyariatkan untuk kita baca ketika kita sujud. Silahkan memilih bacaan-bacaan ini. 

Jadi para ulama ada yang mengatakan kita tidak boleh menggabung bacaan-bacaan ini di dalam sujud kita; ada yang mengatakan boleh kita menggabung bacaan-bacaan ini dalam sujud kita. 

Yang mengatakan tidak boleh menggabung bukan berarti tidak boleh membaca semuanya, harus memilih salah satu, kemudian yang lain ditinggalkan. Tidak seperti itu. Maksud mereka kalau di dalam suatu shalat kita membaca bacaan tertentu, maka baca yang itu. Nanti di shalat lain baca bacaan yang lain, di shalat lain lagi baca yang lain lagi. Ini lebih afdhal. 

Adapun menggabung, maka tidak disyari'atkan. Di antara yang memilih pendapat ini Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala. Syaikh Utsaimin memilih pendapat ini. 

Ada yang mengatakan boleh digabung. Di antara yang memilihnya adalah Imam Nawawi rahimahullahu Ta'ala. Dan pendapat Imam Nawawi -wallahu a'lam- menurut saya lebih kuat, karena tidak ada batasan, tidak ada batasan dalam menggabungkan bacaan-bacaan ini. Sebagaimana bacaan tersebut bisa dibaca dengan sendiri, begitu pula bisa dibaca dengan bacaan-bacaan yang lainnya. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  6


Postingan populer dari blog ini

Al Fatihah 1

BIMBINGAN SINGKAT AMALAN HAJI

BEKAL ISLAM