KITAB SIFAT SHALAT NABI Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

   
       ╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp              
         Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-79*
       ╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Membaca Al-Qur’an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya 



══════════════════    

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
 وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita dalam pembahasan 

[ تَرتِيلُ القراءةِ وَتَحْسِيْنُ الصَّوْتِ بها ] 

"Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur’an" 

Ketika kita shalat dan kita membaca Al-Qur’an maka disunnahkan/sangat dianjurkan bagi kita untuk membacanya dengan tartil. Jangan membaca dengan cepat dan usahakanlah membacanya dengan suara yang indah. Indahkan iramanya agar kita bisa menikmatinya. 

Kalau misalnya kita jadi imam, makmumnya juga bisa lebih tenang, lebih senang ketika mendengar suara kita. 

وكان ﷺ - كما أمره الله تعالى - يرتل القرآن ترتيلا، 

Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana Allah perintahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil, maka Beliau praktekkan, yaitu dalam surat Al-Muzzammil. 

{ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلا } 

"Bacalah Al-Qur’an dengan tartil"
(QS. Al-Muzzammil: 4) 

Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam praktekkan hal itu. 

لا هذًّا ولا عجلة، 

Beliau membacanya; tidak membaca dengan cara yang cepat dan juga tidak tergesa-gesa. 

لا هذا
Tidak terlalu cepat bacaannya. 

ولا عجلة
Dan tidak tergesa-gesa. 

بل قراءة ❲ مفسرة حرفاً حرفاً ❳ 

Akan tetapi bacaan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah bacaan yang jelas huruf demi hurufnya.
Kelihatan huruf-hurufnya, kelihatan semuanya dengan sangat jelas. 

حتى ❲ كان يرتل السورة حتى تكون أطول من أطول منها ❳ 

Sampai-sampai Beliau ketika membaca dan mentartil (membaca dengan tartil) sebuah surat, sampai-sampai surat tersebut menjadi lebih panjang dari surat yang lebih panjang darinya. 

Maksudnya ketika Beliau membaca surat yang pendek dengan tartil, itu bisa lebih lama daripada membaca surat yang lebih panjang dari itu tapi tanpa tartil. Ini maksud dari perkataan ini. 

Karena saking (sangat) tartilnya bacaan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, sampai-sampai surat yang pendek itu dibaca oleh Beliau lebih lama daripada surat yang lebih panjang apabila tidak dibaca secara tartil. 

وكان يقول: ❲ يقال لصاحب القرآن : اقرأوارتق ورتل كما كنت تر تل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها ❳ 

Beliau dahulu pernah mengatakan, "Akan dikatakan kepada pemilik Al-Qur’an (orang yang senantiasa membaca, menghafal dan mengamalkannya): bacalah dan naiklah ke tingkatan-tingkatan surga." 

Nanti di surga orang-orang akan dikatakan demikian. Shahibul Qur’an: orang yang selalu membaca Al-Qur’an, menghafalkannya, mengamalkannya. Inilah Shahibul Qur’an, tidak hanya menghafal saja tapi ternyata tidak mengamalkannya dalam kehidupan. Inilah Shahibul Qur’an, sahabat Al-Qur’an, orang yang memiliki Al-Qur’an, ahlul Qur’an. 

Ini nanti di surga akan dikatakan kepadanya: 

❲ اقرأوارتق ❳ 

Bacalah dan setiap ayat angkat derajatnya.
Dipindahkan ke derajat yang lebih tinggi di surga, setiap ayatnya. 

❲ ورتل كما كنت تر تل في الدنيا ❳ 

Bacalah Al-Qur’an dengan tartil sebagaimana engkau dahulu di dunia membacanya dengan tartil. 

Ini menunjukkan ada keutamaan membaca Al-Qur’an dengan cara tartil. 

❲ فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها ❳ 

Karena kedudukanmu di surga nanti itu pada akhir ayat yang engkau baca. 

Makanya hafalkan Al-Qur’an selagi masih hidup. Nanti di surga membacanya tidak ada mushaf-nya, disuruh membaca dari hafalan. Dan hafalan kita akan menentukan derajat kita di surga. Oleh karenanya semangatlah dalam menghafal Al-Qur’an. 

Setelah -ketika- kita menghafal, juga usahakanlah untuk menerapkan isi Al-Qur’an tersebut dalam kehidupan kita, sehingga kita bisa dimasukkan ke dalam Shahibul Qur'an, sahabat Al-Qur’an, orang yang memiliki Al-Qur’an (Ahlul Qur'an). 


Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   


🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Membaca Al-Qur'an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya Bag 02 


══════════════════    

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
 وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Kita dalam pembahasan 

[ تَرتِيلُ القراءةِ وَتَحْسِيْنُ الصَّوْتِ بها ] 

"Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur’an" 

(Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, -ed) 

و ❲ كان يمد قراءته (عند حروف المد) ، فيمد { بسم الله } ، ويمد { الرحمن } ، ويمد { الرحيم } ❳ ، و { نضيد } ، وأمثالها. 

Beliau dahulu memanjangkan bacaan-bacaannya; ketika membaca huruf mad beliau memanjangkannya. 

Misalkan di sini,
فيمد { بسم الله } 

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam membaca  { بسم الله } Beliau memanjangkan yang ada huruf mad-nya. 

'bismillaah' / { بسم الله } 

'la'-nya ( ل ) itu ada huruf mad-nya; dipanjangkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam. 

'bismillaah' / { بسم الله } 

Kalau diteruskan:
{ بسم الله الرحمن الرحيم }
'bismillaahirrahmaanirrahiim' 

Huruf mad-nya dijaga. 

ويمد { الرحمن }

Beliau membaca secara panjang kata { الرحمن } 

Huruf mad-nya di [ م ] : 'arrahmaan'  - dipanjangkan. 

ويمد { الرحيم } 

Juga memanjangkan huruf mad yang ada di kata { الرحيم } yaitu huruf [ ح ] nya 'arrahiim'. 

و { نضيد } 

Kata { نضيد } itu ada huruf mad-nya yaitu di huruf [ ض ] nya. Setelah huruf [ ض ] ada huruf mad, maka [ نضيد ] dibaca memanjang. 

وأمثالها
dan yang semisalnya. 

وكان يقف على رؤوس الآي كما سبق بيانه 

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ketika membaca Al-Qur'an kebiasaan Beliau adalah membaca atau berhenti di setiap akhir ayat. 

Walaupun ayatnya pendek, Beliau tidak menyambungnya. Walaupun maknanya belum sempurna, Beliau tetap berhenti di situ. 

Makanya para sahabat tahu, ini di sini ayat, di sini ayat, di sini ayat. Kenapa? 
Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam selalu berhenti di situ. 

Ustadz, apa maksudnya "walaupun tidak sempurna ayatnya?" 
Ya, ada ayat-ayat yang tidak sempurna "maknanya" maksudnya. 
Seperti: 

{ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ } 

Ini maknanya belum sempurna tetapi di situ ayatnya berhenti. 

{ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ } 

"Sungguh celaka orang-orang yang shalat" (QS. Al-Maa'un: 4) 

Di sini makna belum sempurna tapi di situ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berhenti. 

Terusannya:
{ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَا تِهِمْ سَاهُوْنَ } 

"Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya (dia tidak melakukan shalat)" (QS. Al-Maa'un: 5) 

Seperti misalnya,
{...لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ } 

Terusannya:
{ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِؕ } 

"Agar kalian berpikir" (QS. Al-Baqarah: 219) 

Di sini berhenti padahal di sini belum sempurna, karena seterusnya terusan ayat ini atau setelahnya bunyinya: 

{ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِؕ } 

"Di dunia dan di akhirat" (QS. Al-Baqarah: 220) 

"Agar kalian berpikir di dunia dan di akhirat" 

Tapi ayatnya
{ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ }
Kemudian
{ فِى الدُّنۡيَا وَالۡاٰخِرَةِؕ } 

Walaupun ayatnya pendek, berhentilah di situ. Walaupun maknanya belum sempurna tetap berhenti di situ kalau itu memang akhir ayat. 

Inilah yang disunnahkan. Bukan berarti kalau misalnya ada orang yang menyambung ayat menjadi berdosa, misalnya, atau tercela, tidak. Tapi inilah yang paling afdal sebagaimana dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   


🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Membaca Al-Qur'an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya Bag 03 


══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Kita dalam pembahasan 

[ تَرتِيلُ القراءةِ وَتَحْسِيْنُ الصَّوْتِ بها ] 

"Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur’an" 

(Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, -ed) 

و ❲ كان - أحيانا - يرجع ❳ صوته، 

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang mentarji' suara Beliau. 

Tarji' di sini bisa diartikan mendendangkan suaranya; bisa diartikan ada lantunan suaranya; ada irama; meng-irama-kan suaranya. Ketika orang membaca dengan santai, di situ ada irama datang dengan sendirinya. Ketika orang sedang bahagia kemudian dia membaca Al-Qur'an, dia nikmati bacaannya akan keluar irama, irama bacaan Al-Qur'an. 

وكان - أحيانا - يرجع صوته 

Terkadang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengiramakan suaranya. 

كما فعل يوم فتح مكة وهو على ناقته 

Sebagaimana Beliau lakukan di hari pembukaan kota Makkah (di hari penaklukan kota Makkah) dan Beliau ketika itu sedang berada di atas untanya. 

يقرأ سورة { الفتح } [ قراءة لينة ] 

Beliau ketika itu membaca surat Al-Fath (ayat 1): 

{ اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ } 

Surat ini turunnya setelah Perjanjian Hudaibiyyah, sebelum Fathul Makkah. Tapi mengisyaratkan tentang kejadian Fathul Makkah. 

{ اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ } 

"Sungguh Kami telah membuka untukmu dengan pembukaan yang benar-benar nyata" 

Maksudnya membuka kemenangan. Setelah Perjanjian Hudaibiyyah turun ayat ini, padahal ketika Perjanjian Hudaibiyyah tersebut Mekah belum dibuka (belum ditaklukkan). 

Makanya Rasulullah mengulang membaca ayat ini kembali ketika peristiwa Fathul Makkah. Dan Beliau membaca dengan sangat bahagia. Beliau membacanya dengan bacaan yang lembut. 

وقد حكى عبد الله ابن مغفل تر جيعه هكذا ( آ آ آ) 

Dan Abdullah Ibnu Mughaffal mengisahkan bagaimana irama bacaan Beliau, seperti ini [ آ آ آ ] intinya ada irama suaranya. 

وكان يأمر بتحسين الصوت بالقرآن 

Dan dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para sahabatnya untuk meng-indah-kan bacaan Al-Qur'annya (membaguskan suara) ketika membaca Al-Qur'an. 

Al-Qur'an itu sebenarnya sudah indah bahasanya dan kita diperintahkan untuk meng-indah-kan suara kita ketika kita membaca Al-Qur'an. 

فيقول: ❲ زينوا القرآن بأصواتكم ، 

Kata Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Indahkanlah, hiasilah Al-Qur'an dengan suara-suara kalian" 

[ فإن الصوت الحسن يزيد القرآن حسنا ] ❳ 

Karena suara yang bagus, suara yang indah itu menjadikan Al-Qur'an lebih indah. 

Suara yang indah menambah keindahan Al-Qur'an dan ini nyata. Kalau imam kita bacaan Al-Qur'annya enak didengar, kita bisa menikmati shalat tersebut, dan terasa indah Al-Qur'an itu. Berbeda kalau imam bacaannya berat, suaranya juga berat, kita juga merasakan beratnya shalat kita. 

Sehingga wajar kalau misalnya ada orang mencari-cari masjid karena bacaan Al-Qur'annya. Ini sesuatu yang alami. Tidak bisa kita cela orang yang demikian, karena dia ingin khusyuk di dalam shalatnya dan suara imam mempengaruhi kekhusyukan shalat. 

Kalau tujuannya adalah agar dia bisa khusyuk ketika shalatnya, ringan ketika shalatnya, maka tidak ada masalah karena memang Rasulullah Shalllahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk meng-indah-kan bacaan Al-Qur'an, agar menarik, agar Al-Qur'an menjadi lebih indah. Makanya tidak masalah kita mencari masjid yang bacaan Al-Qur'annya indah tapi tujuannya agar kita bisa lebih khusyuk di dalam shalatnya dan lebih menikmati ibadah kita. 

ويقول: ❲ إن من أحسن الناس صوتا بالقرآن، الذي إذا سمعتموه يقرأ حسبتموه يخشى الله ❳ 

Sesungguhnya di antara orang yang paling baik suaranya ketika membaca Al-Qur'an adalah orang yang apabila kalian mendengar bacaannya, kalian mengira orang ini benar-benar takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Dia menikmati bacaannya; dia merenungi bacaannya; menghayati bacaannya. Inilah orang yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur'an. Memang ada orang yang tidak menghayati bacaannya. Biasanya karena tidak paham apa yang dibaca. Atau memang dia sebenarnya paham tapi dia tidak konsentrasi. 

Kalau yang tidak paham, banyak ini, sehingga kadang-kadang berhenti pada tempat-tempat yang tidak pas untuk berhenti. Atau rukuk sebelum makna potongan Al-Qur'an yang dibaca itu sempurna. 

Makanya sebaiknya kita mengikuti tanda baca Al-Qur'an. Bagi yang belum paham arti, maka ikuti tanda baca yang ditulis oleh para ulama di mushaf. 

Kenapa menulis; ini ada waqof mim (م), ada waqaf jim (ج), ada waqaf shola (صلى), ada waqaf qola (قلى), kenapa demikian, ada saktah? Karena itu berhubungan dengan makna. Kalau kita membaca Al-Qur'an sesuai dengan tanda waqaf tersebut, maka bacaan kita akan sesuai dengan maknanya. 

Begitu pula tanda ruku' (ع) ini juga perlu diperhatikan bagi para imam. Berhentilah ketika tanda ruku' (ع) ada di situ. Kalau di mushaf dulu dikasih tanda  (ع). (ع) itu perwakilan dari kata ruku', karena ruku' akhirnya ada (ع), maka ditulislah (ع). Ruku' itu maksudnya di situlah berhenti, kemudian rukuk. 

Kalau di mushaf Madinah sekarang ada tanda khusus, sebelum ayat biasanya. Ada tanda ayatnya bulat, setelah itu ada tanda khusus. Itu tanda rukuk di situ, tanda untuk memulai di rakaat berikutnya. 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   


🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Membaca Al-Qur'an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya Bag 04 


══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita dalam pembahasan 

[ تَرتِيلُ القراءةِ وَتَحْسِيْنُ الصَّوْتِ بها ] 

"Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur’an" 

(Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, -ed) 

وكان يأمر بالتغني بالقرآن فيقول : ❲ تعلموا كتاب الله، وتعاهدوه، واقتنوه، وتغنوابه، فو الذي نفسي بيده، لهو أشد تفلتا من المخاض في العقل ❳

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Pelajarilah kitabullah, jagalah dia dengan biasa mengulang-ngulangnya, konsistenlah terhadapnya" 

[ وتغنوابه ] 

"Dan iramakanlah ia" (bacalah dengan irama yang indah), 

[ تغنوابه ] 
Bacalah dengan irama yang indah 

[ فو الذي نفسي بيده ] 

"Sungguh demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya" 

[ لهو أشد تفلتا من المخاض في العقل ] 

"Sungguh Al-Qur'an itu lebih cepat hilang dari hafalan melebihi unta hamil yang terlepas dari tali tambatannya." 

Makanya sering kali kita membaca Al-Qur'an, hari ini kita bisa menghafalnya; hari berikutnya kita sudah lupa lagi. Karena memang dikatakan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, "seperti unta betina yang sedang hamil dan lepas dari tali tambatannya". Ini gambaran unta yang sulit untuk dijaga untuk bisa tetap di satu tempat. Sering lari unta yang demikian. 

Sehingga wajar kalau kita menghafal Al-Qur'an kita cepat lupa. Apalagi kalau umurnya sudah kepala empat, sudah kepala lima; ini cepat hafal tapi cepat hilang. Semakin tua nanti semakin susah hafal, semakin cepat hilang. 

Kalau anak kecil, anak kecil itu susah hafal. Tapi kalau sudah hafal, dia lama hilangnya, kuat hafalannya. Semakin besar dia akan semakin cepat hafal, tapi kekuatan hafalnya semakin hilang. Nanti akan seperti itu. 

Jadi semakin tua, semakin cepat hafal, semakin cepat hilang. Nanti semakin tua lagi, susah lagi hafalannya,  tapi cepat hilangnya. 

Makanya yang masih-masih muda semangat untuk menghafal Al-Qur'an; yang tua juga jangan terus lemah atau down semangatnya. Dan cara untuk menyemangati kita untuk semangat menghafal Al-Qur'an adalah dengan memikirkan pahalanya. 

Pikirkan pahala bahwa ketika kita mengulang-ulang membaca Al-Qur'an, berapa pahala yang akan kita dapat? Satu hurufnya 10 kebaikan. 

Kalau misalnya kita tidak diberikan hafalan oleh Allah kecuali setelah mengulang 100 kali pun, kita tidak rugi. Karena setiap kita ulang, kita akan mendapatkan pahalanya. 

Ustadz, besoknya hilang lagi. Tidak masalah. Besoknya kita ulang lagi. Kita masih mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

ويقول : ❲ ليس منا من لم يتغن بالقرآن ❳ 

Dan Beliau pernah mengatakan, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak mengiramakan Al-Qur'an." 

Ini menunjukkan anjuran yang sangat kuat dari Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam agar ketika kita membaca Al-Qur'an kita mengiramakannya. Kita melakukannya; membaca dengan irama yang indah. 

ويقول : ❲ ما أذن الله لشيء ما أذن ( وفي لفظ: كأذنه) لنبي [ حسن الصوت ( وفي لفظ: حسن الترنم ) يتغنى بالقرآن [ يجهربه ] ❳ 

Kata Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Allah tidaklah mendengar sesuatu sebagaimana dia mendengarkan seorang nabi yang memiliki suara yang indah yang melakukan Al-Qur'an" 

Maksudnya hadits ini adalah Allah itu sangat senang sekali ketika mendengar seorang nabi membaca Al-Qur'an dengan irama yang sangat indah. 
Maksud dari hadits ini seperti ini. 

Allah sangat senang sekali, tidak ada yang lebih menyenangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala melebihi pendengaran Allah Subhanahu wa Ta'ala ketika mendengar bacaan seorang nabi yang membaca Al-Qur'an dengan suara yang sangat indah. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga suaranya sangat indah, dan Beliau selalu mengiramakan Al-Qur'an. Beliau selalu membaca Al-Qur'an dengan irama yang sangat indah. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   4


🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Membaca Al-Qur'an dengan Tartil dan Memperbagus Suara ketika Membacanya Bag 05 


══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Kita dalam pembahasan 

[ تَرتِيلُ القراءةِ وَتَحْسِيْنُ الصَّوْتِ بها ] 

"Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan membaguskan suara ketika membaca Al-Qur’an" 

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Musa Al Asy'ari, 

❲ لو رأيتني وأنا أستمع لقراء تك البارحة، لقد أوتيت مزمارا من مزامير آل داود ❳
  
Kata Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Abu Musa, seandainya tadi malam engkau melihat aku ketika aku mendengar bacaan Al-Qur’anmu, sungguh engkau telah diberi suara yang sangat bagus dari suara-suaranya Nabi Daud." 

Nabi Daud itu suaranya sangat bagus sekali, dan kalau mengiramakan sesuatu terdengar sangat enak sekali. Sahabat Abu Musa Al Asy'ari juga demikian. Beliau suaranya indah dan ketika melakukan Al-Qur’an atau mengiramakan bacaan Al-Qur’an juga sangat indah sekali, sampai Rasulullah takjub. Dan Rasulullah sangat mencintai bacaan sahabat Abu Musa Al Asy'ari. 

Pernah beliau diperintahkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk membaca Al-Qur’an. Kemudian sahabat Abu Musa Al Asy'ari mengatakan, "Wahai Rasulullah, bukankah Al-Qur’an diturunkan kepadamu, kenapa saya yang harus membacanya?" 

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Saya ingin mendengar bacaanmu." 

Ketika sampai pada ayat yang menjelaskan tentang Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa sallam bahwa Beliau diutus kepada umatnya dan akan menjadi saksi bagi umatnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menangis karena merenungi bacaan dari sahabat Abu Musa Al Asy'ari. 

Setelah itu, ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Wahai Abu Musa, kalau saja engkau tadi malam tahu aku mendengar bacaanmu secara langsung dan engkau mendengar dengan bacaan yang sangat indah sekali." 

Abu Musa mengatakan, 

[ لو علمت مكانك ، لحبرت لك تحبيرا ] 

Beliau mengatakan, "Seandainya saja aku mengetahui aku sadar bahwa engkau mendengar bacaanku, maka aku akan lebih mengindahkannya lagi." 

Inilah Abu Musa Al Asy'ari Radhiallahu 'anhu. 

Ini tentang melakukan atau membaca Al-Qur’an dengan irama yang indah, bahwa itu merupakan sunnah Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau sendiri melakukannya. Beliau juga menganjurkannya kepada umatnya dan Beliau mentaqrir perbuatan sahabat Abu Musa Al Asy'ari yang membaca dengan indah, bahkan beliau memujinya. Maka hendaklah kita berusaha ketika membaca Al-Qur’an, kita indahkan bacaan kita tapi jangan berlebihan. 

Ustadz, maksudnya bagaimana "jangan berlebihan"? 
Jangan iramanya yang didahulukan, tajwidnya ditinggalkan. Kita benar tetap berusaha mengindahkan irama bacaan kita, tapi tetap memperhatikan tajwid. 

Kalau misalnya mad-nya thobi'i, dibaca mad thobi'i, jangan dipanjangkan. Dua ketukan dua ketukan, dua harakat ya dua harakat. Jangan jadi tiga harakat, jangan jadi empat harakat karena mengikuti irama. 

{ وَالشَّمْسِ وَضُحٰهَاۖ } 

Ini mengikuti irama. { وَضُحٰهَاۖ }  [ ح ] nya itu harusnya dua harakat, tidak bisa kita baca empat harakat. 

Maka jangan terlalu mengikuti irama sehingga mengorbankan tajwid. Kita jaga tajwid tapi kita perindah dengan irama. Irama yang mengikuti, bukan tajwid yang menjadi pengikut. 

Karena ana melihat beberapa orang demikian. Jadi karena ingin membaguskan atau mengindahkan irama bacaan Al-Qur’an sampa-sampai mengorbankan tajwid. Ini juga suatu kekeliruan. 

Membaca dengan tajwid sebagaimana dikatakan oleh para ulama qiroat, itu wajib, bagi yang mampu tentunya. Bagi yang tahu, itu wajib membaca Al-Qur’an dengan tajwid. 

Sedangkan mengiramakan Al-Qur’an itu sunnah. Membaca Al-Qur’an dengan irama yang indah itu sunnah, tidak sampai pada derajat wajib. Jangan sampai kita mendahulukan yang sunnah kemudian meninggalkan yang wajib . 

Kalau kita tidak bisa membaca dengan irama, kalau kita membaca dengan tajwid maka dahulukan tajwidnya. Dahulukan tajwidnya, walaupun iramanya kurang indah. Jangan sampai mendahulukan iramanya kemudian mengorbankan tajwidnya. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   5


🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Mengoreksi Bacaan Imam ketika Salah dalam Membacanya 


══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita dalam pembahasan, 

[ الفَتحُ على الإمامِ ] 

"Meralat atau membetulkan bacaan Imam" 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan kepada kita untuk meralat bacaan imam apabila bacaannya salah. Apabila bacaannya salah, kita diperintahkan untuk membetulkan bacaan imam. 

Ustadz, sudah dibetulkan, imamnya tidak mau. 
Ya ngalah, kalau misalnya imamnya tidak mau dibetulkan, ya sudah, biarkan. 

Anjuran yang dianjurkan kepada kita adalah membetulkannya. Tentang imamnya mau dibetulkan atau tidak, itu bukan urusan kita, itu urusannya imam. 

Dan kalau membetulkan, kita harus yakin dulu bahwa apa yang ada di pikiran kita itulah yang benar. Jangan ragu-ragu kemudian membetulkan, nantinya bisa jadi kita yang salah. Kalau kita masih ragu-ragu maka tidak usah. Kalau kita yakin bahwa itu kesalahan, maka kita betulkan. 

Kemudian Ustadz, kalau kita jauh bagaimana Ustadz? 

Ini juga harus diperhitungkan, harus  dilihat. Kalau kita jauh dan imam tidak akan mendengar suara kita, ya sudah, minimal kita benarkan dengan diri kita. Minimal kita luruskan dengan bacaan kita sendiri. Karena sudah tidak mungkin suara kita sampai ke imam dan orang-orang yang di belakangnya juga tidak meralat atau membetulkan bacaannya. Cukup dengan diri kita, itu yang kita mampui dan itu yang kita lakukan. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu memberikan tuntunan kepada kita untuk meralat imam apabila bacaannya keliru. 

Pernah suatu ketika Beliau shalat dan membaca Al-Qur'an di dalamnya, namun ada kekeliruan dalam bacaan Beliau itu. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang Beliau juga salah dalam membaca Al-Qur'an. Ini manusiawi karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seorang manusia, kadang-kadang lupa. 

Rasulullah pernah lupa di dalam shalatnya; harusnya 4 rakaat Beliau shalat 2 rakaat, setelah tasyahud awal Beliau salam. 

Makanya ada hadits yang terkenal dengan Hadits Dzul Yadain. Haditsnya orang yang dua tangannya panjang, karena ini orangnya tidak wajar tangannya. Tangannya panjang. Ada yang bilang tangannya sampai lutut kalau berdiri, sehingga terkenal dengan julukan ini, Dzul Yadain (dua tangannya panjang). Dan ini menunjukkan bahwa kita boleh menyebutkan kekurangan fisik seseorang, karena untuk mempermudah orang lain mengenali orang yang kita maksud tanpa bermaksud merendahkan atau mencela. Nyatanya ada julukan-julukan dari para ulama Salaf dengan kekurangan fisik seperti ini. 

Rasulullah pernah lupa di rakaat kedua tasyahud, Beliau salam. Akhirnya Dzul Yadain ini bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bayangkan, ini para sahabat sudah salam semuanya, mereka tidak berani bertanya atau menegur Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada sahabat Abu Bakar di sana, ada sahabat Umar, ada sahabat-sahabat besar di sana radhiallahu anhum ajma'in. Tidak ada yang berani menegur Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Akhirnya datanglah sahabat Dzul Yadain ini bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, shalatnya sekarang diringkas apa engkau lupa? Shalat sekarang menjadi dua rakaat atau sebenarnya engkau lupa?" 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Shalatnya tidak diringkas, dan aku tidak lupa." 

Rasulullah mengatakan demikian. Rasulullah tidak sadar kalau Beliau lupa. Setelah itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ragu, akhirnya bertanya kepada sahabat-sahabatnya yang besar-besar tadi, yang ma'ruf, selalu di sekitar Beliau, "Apakah benar apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain?" 

Maka mereka mengatakan, "Iya benar, wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." 

Ini bercakap-cakap semua. Setelah itu apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Rasulullah berdiri lagi. Rasulullah tidak mengulang shalat dari awal. Rasulullah berdiri lagi meneruskan shalatnya. 

Ini menunjukkan bahwa apabila kita lupa dalam shalat, kemudian kita diingatkan, "eh, baru dua rakaat antum", 
"iya lho baru dua rakaat ya?" 
Walaupun ada percakapan seperti ini, tidak masalah. Kita tetap teruskan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian nanti setelah itu sujud sahwi. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia seperti kita dan manusia itu tempat lupa. Sehingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga beberapa kali lupa. 

Seperti hadits kita ini juga, Rasulullah membaca Al-Qur'an dan bacaannya salah. Ketika bacaannya salah, para sahabat tidak ada yang berani membenarkan. Ini akhlaknya para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhlak. 

Beliau salah dan di situ ada sahabat Ubay ibn Ka'ab yang hafal Al-Qur'an dan tahu kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam salah bacaannya. Tapi sahabat Ubay Ibn Ka'ab tidak berani menegur karena penghormatan beliau yang sangat tinggi kepada Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam. Setelah shalat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan kepada sahabat Ubay Ibn Ka'ab, 

❲ أصليت معنا ؟ ❳ 

"Wahai sahabat Ubay, apakah engkau shalat bersamaku tadi?" 

Rasulullah tahu kalau sahabat Ubay ini bersama Rasulullah dalam shalatnya. Bertanya untuk menarik perhatian agar sahabatnya fokus dan memperhatikan benar-benar apa yang ingin dikatakan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Sahabat Ubay mengatakan, "Iya aku shalat bersamamu wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." 

Rasulullah mengatakan, 

❲ فما منعك [ أن تفتح عليَّ؟ ] ❳ 

"Apa yang menghalangimu untuk membenarkan atau membetulkan bacaanku?" 

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak senang apabila bacaannya salah kemudian dibiarkan. Rasulullah senang apabila diralat bacaannya kalau memang bacaan tersebut salah. 

Kita juga demikian di dalam shalat. Kalau imamnya salah dan kita tahu itu kesalahan maka ingatkan imamnya, jangan takut shalatnya batal. Karena memang ada sebagian mazhab -saya tidak perlu menyebut mazhabnya- ada disebutkan dalam kitab-kitab fiqih. Ada yang mengatakan, kalau niatnya mengingatkan imam maka batal shalatnya. Dan ini tidak sesuai dengan dalil-dalil yang ada. Mungkin mereka memasukkannya ke dalam perkataan manusia, ini seperti bercakap-cakap. Mungkin dalilnya seperti itu, tapi dalil itu lemah apabila dibandingkan dengan dalil yang ada. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan. Memerintahkan untuk meralat bacaan imam yang salah. Dan bagaimana kita meralat bacaan imam, kemudian kita tidak punya niat untuk mengingatkan imam. Ini sesuatu yang sulit. Mereka mengatakan, kalau mengingatkan imam niatkanlah untuk berdzikir; jangan niat mengingatkan imam. Ini sulit, ini sesuatu yang tidak wajar dan ini perlu dalil seperti ini. 

Kalau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada sahabatnya untuk mengingatkan Beliau apabila bacaannya salah, tentunya ada niat untuk mengingatkan. Kalau kita mengatakan, "Tidak boleh niatnya mengingatkan. Niatnya itu harus berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala". Ini perlu dalil. Perlu dalil khusus dan mana dalilnya.

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   


🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚    *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Meminta Perlindungan kepada Allah dalam Shalat ketika Konsentrasi Terganggu 


══════════════════    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Kita dalam pembahasan: Tentang taawudz (meminta perlindungan) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala; ketika konsentrasi shalat kita terganggu, kita disunahkan untuk bertaawudz. 

Di antara cara kita bertaawudz adalah membaca, 

{ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ } 

Kemudian setelah itu meludah. Taful itu meludah dengan ludah yang ringan; ludah yang sedikit ke kiri. Jangan meludah ludahnya banyak, bahaya ini. Meludah,  tapi ludahnya itu sangat sedikit sekali. Ini "taful". 

Diriwayatkan dari sahabat Utsman ibn Abi Ash radhiallahu 'anhu, beliau pernah berkata kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, 

يارسول الله ! إن الشيطان قد حال بيني و بين صلاتي و قراء تي، يلبسها عليَّ؟ 

Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam! Sungguh syaitan telah menggangguku; menggangguku dalam shalatku, menggangguku dalam bacaanku. Aku tidak bisa konsentrasi dalam shalat, bahkan dalam membaca Al-Qur'an pun aku kesulitan karena diganggu oleh syaitan. 

فقال رسول الله ﷺ : ❲ ذاك شيطان ❳ 

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Itu adalah perbuatan syaitan." 

❲ يقال له: خِنْزِبٌ ❳ 

Itulah syaitan yang namanya Khinzib. 

Ada golongan-golongan syaitan; ada yang namanya seperti ini. Khinzib ini tugasnya khusus untuk mengganggu manusia ketika shalat agar mereka tidak bisa konsentrasi. Makanya ketika kita shalat itu kadang-kadang ada ide yang cemerlang. Kadang-kadang ada ide yang cemerlang ketika shalat. Subhanallah. 

Subhanallah. Setelah shalat kadang-kadang ide itu hilang lagi, lupa lagi. Ide-ide yang seperti itu digunakan oleh syaitan untuk mengganggu shalat kita. Jadi ini canggihnya syaitan ya, sudah beribu-ribu tahun menggoda manusia. Makanya caranya sangat licik sekali. 

Thullabul 'ilm (para penuntut ilmu) juga kadang-kadang dikasih faedah ilmu ketika shalat untuk menggoda konsentrasi dia. Inilah syaitan. Syaitan-syaitan yang seperti ini namanya Khinzib. 

Kadang-kadang sampai bacaan kita, kita pun tidak konsentrasi membaca Al-Qur'an. Konsentrasi kita ke mana gitu. Apalagi kalau jadi makmum; imamnya salam, baru ingat.. ihh kita sudah selesai shalat. Ditanya rakaat pertama baca surat apa? Tidak tahu. Padahal shalat dari takbiratul Ihram. Shalat bersama imam dari takbiratul ihram, ditanya imam rakaat pertama baca apa, rakaat kedua baca apa, tidak tahu. Karena konsentrasinya diambil oleh syaitan. 

Syaitan-syaitan yang seperti ini namanya Khinzib, sebagaimana disebutkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits ini. 

❲ فإذا أحسسته فتعوذ با لله منه ❳ 

Apabila engkau merasakan kedatangannya, engkau merasa diganggu oleh dia, maka mintalah perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bartaawudz, 

{ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ }

❲ واتفُل على يسارك ثلاثا ❳ 

Dan meludahlah dengan ludah yang sedikit ke sisi kiri sebanyak 3 kali. 

Ustadz kalau shalat berjamaah bagaimana Ustadz? Apakah boleh demikian? 

Kita katakan, selama kita meludahnya tidak banyak ya insyaaAllah tidak mengganggu orang yang ada di sisi kiri kita. Tapi kalau misalnya dikhawatirkan itu mengganggu, maka tidak usah. Dikhawatirkan itu mengganggu, maka tidak perlu dilakukan karena mengganggu ini haram. Sedangkan meludah seperti ini, ini tidak wajib. Sehingga kita lebih mendahulukan yang wajib untuk kita tinggalkan dan meninggalkan sesuatu yang tidak wajib kita lakukan. 

Kalau shalat sendiri maka lakukanlah ini karena ini sesuatu yang diperintahkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ada pahalanya. Ini ibadah. Kita mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mengamalkan amalan ini dan kita mengharapkan shalat kita menjadi lebih konsentrasi kembali. 

قال : ففعلت ذلك فأذهبه الله عني 

Sahabat Utsman ibn abi Ash kemudian mengatakan, "Maka aku lakukan hal itu sebagaimana diperintahkan oleh Nabi, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan gangguan itu dariku." 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════   


Postingan populer dari blog ini

Al Fatihah 1

BIMBINGAN SINGKAT AMALAN HAJI

BEKAL ISLAM