Pesan Indah Ramadhan

╔═❖•ೋ°📖° ೋ•❖═╗
                             
  Grup Islam Sunnah | GiS
    
╚═❖•ೋ°👥° ೋ•❖═╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 
👤 Oleh: Ustadz Ahmad Zaenuddin Al Banjary, Lc حفظه الله تعالى

📚 *Pesan Indah Ramadhan* 

💽 Audio ke-01: Makna Berpuasa karena Iman dan karena Ihtisaab


═══════════

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ ٱللهِ 
وَالْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلٰى رَسُولِ اللهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهٖ وَمَنْ وَالَاهُ .

Ahibbaty hafidzakumullah,
Kaum muslimin yang saya cintai karena Allah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu menjaga kita. 

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, akhirnya di tahun ini kita memasuki Ramadhan Syahru Mubarok (bulan Ramadan yang penuh dengan berkah). 

Shalawat dan salam semoga selalu Allah berikan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa ala alihi wasallam, kepada keluarga Beliau, para sahabat, serta orang-orang yang mengikuti Beliau sampai hari kiamat kelak.

Ahibbaty hafidzakumullah Ta'ala.
Mulai hari ini di setiap pagi saya akan menyebutkan "Pesan-pesan Indah Ramadhan" insyaaAllahu Ta’ala.

Ahibbaty hafidzakumullahu Ta'ala.
Pada pertemuan pertama Pesan Indah Ramadhan ini, saya akan menyebutkan tentang hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkaitan dengan puasa, karena Ramadhan sangat erat dengan puasa. 

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa ala alihi wasallam bersabda, 

❲ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ❳

"Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan karena ihtisaab, diampuni dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

Apa itu berpuasa karena _imanan_ ( إِيمَانًا ) dan apa itu berpuasa karena _ihtisaaban_ ( احْتِسَابًا )?

Ini yang akan kita bahas. Penjelasannya saya tidak ambilkan dari kantong saya sendiri. Penjelasannya kita ambilkan dari perkataan para ulama-ulama terkenal, yang terkenal dengan:  

√ Keilmuannya 
√ Keshalihannya  
√ Kewara'annya

Sehingga kita bisa benar-benar berpuasa pada bulan Ramadhan ini, benar-benar karena iman dan karena ihtisaaban sehingga menghasilkan pahala.

غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِهِ
 
"Diampuni dosanya yang telah lalu."

Thayyib. Saya akan bacakan. 
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah di dalam kitab beliau yang sangat fenomenal dan beliau ini ulama bermadzhab Syafi'i yang sangat fenomenal kitabnya Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari.

Beliau mengatakan,

 الْمُرَادُ بِالْإِيْمَانِ 
 
"Yang dimaksud dengan keimanan"

 الْإِعْتِقادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ 

"meyakini kewajiban puasanya."

Oleh karena itu wahai kaum muslimin, jika anda pada hari ini berpuasa Ramadhan agar mendapatkan pahala dan diampuni dosa yang telah lalu -dan semua kita memerlukan akan hal itu- maka kita harus, saat berpuasa meyakini di dalam hati dengan seyakin-yakinnya bahwa puasa tersebut diwajibkan. 

Jangan cuma ikut-ikutan. Orang menahan makan, minum, bersetubuh, dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari dia hanya ikut-ikutan, tidak. Tapi dia menyakini di dalam hati kewajiban puasa tersebut. 

وَبِالْاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوْبِ مِنَ اللهِ تَعَالَى

"Dan yang dimaksud dengan berpuasa karena ihtisaab adalah berharap pahala dari Allah."

Jangan lupa, ketika anda menahan makan dan minum dan seluruh yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, maka berharaplah pahala dari Allah agar puasa kita mendatangkan ampunan atas dosa-dosa kita yang telah lalu. Itu Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Kemudian,

وَقَالَ الْخَطَّابِيْ:
 
Kata Al-Hafidz Ibnu Hajar, Imam Al-Khattabi rahimahullah Ta’ala berkata: 

اِحْتِسَابًا أَيْ عَزِيْمَةٌ

Yang dimaksud berpuasa karena ihtisaab (yang dalam bahasa Indonesianya berharap pahala) عزيمة _'adzhiimah_ yaitu "tekad bulat".

وَهُوَ أَنْ يَصُوْمَهُ عَلَى مَعْنَى الرَّغْبَةِ فِيْ ثَوَابِهِ، طِيْبَةَ نَفْسِهِ بِذَلِكَ غَيْرَ مُسْتَثْقِلٍ لِصِيَامِهِ وَلَا مُسْتَطِيْلٍ لِأَيَّامِهِ
 
Yaitu hendaklah dia berpuasa dengan menginginkan pahala dari Allah, dengan hati yang lapang, tidak merasa berat saat berpuasa, tidak merasa hari terlalu panjang saat berpuasa.

Ini yang dimaksud _ihtisaaban_ kata Imam Al-Khattabi rahimahullah. Dia berpuasa menginginkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan perasaan yang nyaman, tidak merasa berat saat berpuasa dan tidak merasa panjang hari-hari saat dia berpuasa.

Kemudian Imam Al-Munawi rahimahullahu Ta'ala di dalam Kitab beliau Faidhul Qadir mengatakan,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا تَصْدِيْقًا بِثَوْبِ اللهِ أَوْ أَنَّهُ حَقٌّ، وَاحْتِسَابًا لِأَمْرِ اللهِ بِهِ، طَالِبًا الْأَجْرَ أَوْ إِرَادَةَ وَجْهِ اللهِ لَا لِنَحْوِ رِيَاءٍ، فَقَدْ يَفْعَلُ الْمُكَلَّفُ الشَّيْءَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ صَادِقٌ لَكِنَّهُ لَا يَفْعَلُهُ مُخْلِصًا بَلْ لِنَحْوِ خَوْفٍ أَوْ رِيَاءٍ.

Kata Imam Al-Munawi dalam kitab beliau Al Faidhul Qadir, beliau mengatakan, "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman", maksudnya adalah mempercayai pahala dari Allah atau mempercayai bahwasanya puasa itu benar syariatnya dari Allah, itu maksudnya. Hampir sama tadi, mempercayai bahwa puasa tersebut benar syariatnya dari Allah. 

Dan _ihtisaaban_ [ إحتسابا ] maknanya adalah berharap pahala karena mengerjakan perintah Allah, mencari pahala atau menginginkan wajah Allah dari puasa tersebut, bukan karena ada sebab riya. 

Karena kata beliau, kadang seorang hamba mengerjakan sebuah amalan, dia menyakini bahwasanya dirinya, bahwasanya amalan tersebut benar datang dari Allah akan tetapi dia tidak mengerjakannya dengan ikhlas, akan tetapi dia mengerjakan karena rasa riya. 

Ini hati-hati !! 

Puasanya bukan hanya sekedar ikut-ikutan, akhirnya tidak meyakini kewajiban tersebut benar datang dari Allah, atau tidak berharap di dalam hati pahala dari Allah. Tetapi malah ingin riya, ingin dipuji orang, ingin disanjung orang, ingin dapat penghargaan dari orang lain. 

Imam An-Nawawi rahimahullah Ta'ala mengatakan, 

مَعْنَى إِيْمَانًا تَصْدِيْقًا بِأَنَّهُ حَقٌّ: مُقْتَصِدٌ فَضِيْلَتَهُ 

Yang dimaksud dengan berpuasa karena iman adalah seseorang mempercayai bahwasanya syariat puasa tersebut benar adanya dan bermaksud mendapatkan pahala puasa tersebut. 

Itu maksudnya. Benar datangnya dari Allah; meyakini dalam hati bahwa syariat puasa tersebut benar datangnya dari Allah. Itu harus selalu kita tegakkan. 

Dan makna _ihtisaaban_ [ احْتِسَابًا ], yang dimaksud dengan ihtisaaban adalah: 

أَنَّهُ يُرِيْدُ اللهَ تَعَالَى لَا يَقْصُدُ رُؤْيَةَ النَّاسُ وَلَا غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّايُخَالِفُ الْإِخْلَاصَ 

Bahwa dia menginginkan pahala dari Allah, tidak bermaksud ingin dilihat oleh manusia atau selainnya yang menyelisihi keikhlasan dalam beribadah kepada Allah.

Ini adalah Pesan Indah Ramadhan pertama. 

Semoga kita benar-benar berpuasa karena iman, mempercayai itu syariat datang dari Allah. Dan karena ihtisaaban;
• benar benar berharap pahala dari Allah,
• tidak riya',
• benar-benar mengerjakannya dengan semangat mengharapkan pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Semoga bermanfaat. 

Tunggu Pesan Indah Ramadhan yang kedua besok pagi, InsyaaAllahu Ta'ala.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  1

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 
👤 Oleh: Ustadz Ahmad Zaenuddin Al Banjary, Lc حفظه الله تعالى 

📚 *Pesan Indah Ramadhan* 

💽  Audio ke-02: Rahasia Besarnya Pahala Puasa


══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ ٱللهِ 
وَالْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلٰى رَسُولِ اللهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهٖ وَمَنْ وَالَاهُ .

Kaum muslimin yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota Grup Islam Sunnah yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan kali ini kita akan menyampaikan pesan Indah Ramadhan yang kedua dengan tema "Rahasia Besarnya Pahala Puasa". 

Rahasia besarnya pahala puasa ini kita bisa ambil dari hadits Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam riwayat Bukhari dan Muslim dari sahabat Nabi Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. 

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 

❲ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ إِلاَّ الصيام فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى ❳

"Setiap amalan anak Adam dilipatkan pahalanya" 

Maksud dilipatkan adalah satu amal ibadah diganjar 10 kebaikan. Satu huruf membaca Al-Qur'an diganjar 10 hasanah; Rp 1 bersedekah diganjar berlipat-lipat, diketahui pahalanya, kecuali puasa. 

"Sesungguhnya puasa itu milik-Ku (kata Allah jalla fi ula) dan Aku yang akan mengganjar pahala puasa tersebut." 
(HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151) 

Dari hadits ini kita ambil pelajaran bahwa puasa pahalanya (sangat) besar. Kenapa? Karena Allah yang menjanjikan pahalanya. Tidak ada seorang pun yang mengetahui pahala puasa kecuali Allah. Dan kita meyakini Allah Maha Luas rahmat-Nya, Allah Maha Besar karunia-Nya, Allah tidak terbatas kebaikan-Nya. 

Nah, timbul pertanyaan, apa rahasia besarnya pahala puasa? Kenapa pahala puasa dibedakan dengan amalan-amalan lainnya? 

Maka kita ambil penjelasan dari para ulama rahimahullahu Ta'ala, di antaranya Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarhaf an-Nawawi. Imam Nawawi rahimahullah (adalah) ulama Islam bermadzhab Syafi'i di abad ke-7 Hijriyah. Beliau menjelaskan, kata beliau: 

 قِيْلَ: لِأَنَّ الصِّيَامَ هِيَ الْعِبَادَةُ الْوَحِيْدَةِ الَّتِي عُبِدَ اللهُ بِهَا وَحْدَهُ، وَلَمْ يُعْبَدْ أَحَدٌ سِوَى اللهِ بِالصِّيَامِ .

Kenapa sangat besar pahala puasa? Apa rahasia besarnya pahala puasa? 

"Karena dikatakan, puasa adalah ibadah satu-satunya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala diibadahi dengannya semata, tidak ada seorangpun yang diibadahi selain Allah dengan puasa." 

Luar biasa! 

Kemudian beliau mengatakan, 

 أَيْ لَمْ يَتَقَرَّبِ الْمُشْرِكُوْنَ عَلَى مُخْتَلَفِ الْأَعْصَارِ لِمَعْبُوْدَاتِهِمْ بِالصِّيَامِ. 

Maksudnya adalah: "Tidak pernah orang-orang musyrik sepanjang zaman mendekatkan dirinya kepada sembahan-sembahan selain Allah dengan amalan puasa." 

Ini penjelasan sangat indah, menunjukkan agungnya puasa yang kita kerjakan sekarang. 

Kemudian beliau juga mengatakan, 

 قِيْلَ لِأَنَّ الصَّوْمَ بَعِيْدٌ عَنِ الرِّيَاءَ لِخَفَائِهِ .

"Karena puasa jauh dari riya'" 

Ingin dilihat agar dipuji, ingin dilihat agar mendapatkan hadiah. Jauh dari riya. Puasa jauh dari riya'. Kenapa? "karena saking tersembunyinya." 

Saya akan tambahkan perkataan yang sangat menarik dari Imam Al Qurthubi rahimahullah. Perkataan ini dinukil oleh Al-hafizh Ibnu Hajar di dalam kitab beliau Fathul Bari. Imam Al Qurthubi ulama Islam abad ke-7 Hijriyah mengatakan, 

 لَمَّا كَانَتِ الْأَعْمَالُ يَدْخُلُهَا الرِّيَاءُ 

"Ketika seluruh amalan-amalan masuk ke dalamnya riya"

Saat shalat, riya'. Ingin dilihat agar dipuji, ingin dilihat agar diberi hadiah. 
Saat ceramah, riya'. Ingin dilihat agar dipuji. Saat bersedekah, riya'. 

Ketika amalan-amalan bisa masuk ke dalamnya riya', 

 وَالصَّوْمُ لَا يَطَّلِعُ عَلَيْهِ بِمُجَرَّدِ فِعْلِهِ إِلَّا اللهُ، فَأَضَافَهُ اللهُ إِلَى نَفْسِهِ .

"Sedangkan puasa tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala sandarkan amalan puasa kepada diri-Nya."

Fa innahu lii ( فَإِنَّهُ لِى  ), kata Allah. 

"Sesungguhnya puasa itu milik-Ku." 

 وَلِهَذَا قَالَ فِي الْحَدِيْثِ 

Oleh sebab itulah disebutkan dalam hadits tadi, 

❲  يَدَعُ شَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِى ❳

"Dia meninggalkan makan, minum, syahwatnya, karena-Ku." 

Kemudian Imam Ibnul Jauzi, ulama Islam abad ke-6 Hijriyah, beliau mengatakan, 

 جَمِيْعُ الْعِبَادَاتِ تَظْهَرُ بِفِعْلِهَا 

"Seluruh amalan ibadah akan terlihat saat mengerjakannya." 

 وَقَلَّ أَنْ يَسْلَمَ مَا يَظْهَرُ 

"Dan sedikit yang selamat dari riya' apabila terlihat."

❲ مِنْ شَوْبٍ ❳ 
terlihat 
Maka sedikit yang selamat apabila terlihat, sedikit selamat dari riya'.

 بِخِلَافِ الصَّوْمِ 

"Berbeda dengan puasa." 

Ternyata dari sinilah kenapa puasa mempunyai rahasia besar. 

Rahasia besarnya pahala puasa adalah:
• di dalam puasa ada ikhlas, 
• di dalam puasa terdapat pemurnian ibadah hanya Allah, untuk Allah, 
• di dalam puasa terdapat tauhid, tidak diibadahi kecuali niatannya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Maka saya nasehatkan, alangkah besarnya pahala ibadah puasa dan ini menunjukkan alangkah besarnya pahala ikhlas. 

Oleh sebab itu, kita sekarang di dalam masa pandemi covid 19, maka kita berada di rumah. Semakin berada di rumah, semakin banyak ibadah-ibadah yang kita kerjakan. Tidak perlu ada orang yang tahu. Dari baca Qur'an kita, berdzikir kita, berdoa kita, semakin kita gali, karena kita memfokuskan diri untuk di rumah. 

Semoga bermanfaat.
 
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  2



╔═❖•ೋ°📖° ೋ•❖═╗
               Whatsapp              
  Grup Islam Sunnah | GiS
    *☛ Pertemuan ke-173*
╚═❖•ೋ°👥° ೋ•❖═╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

🗓 RABU
        04 Ramadhan 1443 H
        06 April 2022 M 

👤 Oleh: Ustadz Ahmad Zaenuddin Al Banjary, Lc حفظه الله تعالى

📚 *Pesan Indah Ramadhan* 

💽 Audio ke-03: Kunci Sukses Ramadhan adalah Menjaga Waktu



═══════════════

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ ٱللهِ
وَالْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلٰى رَسُولِ اللهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهٖ وَمَنْ وَالَاهُ .

Kaum muslimin yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota Grup Islam Sunnah yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini adalah Pesan Indah Ramadhan. Pada pesan kali ini (temanya) adalah "Kunci Sukses Ramadhan: Menjaga Waktu". 

Tidak terasa tiga hari sudah Ramadhan berlalu seakan-akan baru kemarin kita masuk bulan Ramadhan yang penuh dengan berkah ini. Dan pastinya akan selalu seperti itu; matahari akan terbit, tenggelam, terbit, tenggelam lagi, terbit, tenggelam lagi, tanpa ada yang bisa menghentikannya kecuali Rabb-Nya matahari. Maka hati-hati, waktu akan terus berlalu, tidak ada yang bisa menghentikannya. Entah anda di dalam bulan Ramadhan ini beramal saleh ataupun bermaksiat. 

Ramadhan harinya tidak akan pernah berhenti menunggu anda untuk beramal saleh. Tidak. Ramadhan harinya tidak akan pernah heran saat anda di dalam bulan Ramadhan tetap bermaksiat. Tidak akan pernah heran. 

Maka saya ingin mengatakan pada kesempatan kali ini, salah satu kunci sukses menggapai berkah Ramadhan adalah dengan mengatur waktu sebaik-baiknya, digunakan waktunya hanya untuk ibadah dan hal-hal yang bermanfaat. Dan ingat, Ramadhan kita entah itu 29 hari atau 30 hari, tidak akan pernah lebih. Tiga hari sudah kita lewati, berarti dari mulai hari ini kalau seandainya 29 hari cuman 26 hari lagi. Kalau seandainya dia 30 hari cuman 27 hari lagi dan terus berkurang, terus berkurang. 

Maka hati-hati! Bolehlah tiga hari pertama seseorang mungkin masih leha-leha, masih menganggap Ramadhan biasa-biasa saja. Akan tetapi mulai hari ini harus lebih baik daripada sebelumnya. 

Coba perhatikan para ulama. Saya akan membacakan pada kesempatan kali ini perkataan-perkataan para ulama yang menggugah hati untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya di dalam Ramadhan. 

Contohnya misalkan, perkataan ulama salaf, sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud Abu Abdirrohman radhiyallahu anhu. Beliau mengatakan: 

مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ فِيهِ شَّمْسُهُ نَقَصَ فِيهِ أَجَلِي وَلَمْ يَزِدْ فِيهَا عَمَلِي. 

Yang artinya: "Aku tidak pernah menyesal terhadap sesuatu apapun seperti penyesalanku terhadap suatu hari yang hari itu terbenam mataharinya, berarti umurku berkurang tetapi amalanku tidak bertambah." 

Maka hati-hati Ramadhan, jangan sampai waktu berlalu sedangkan kita santai-santai bahkan naudzubillah mengerjakan yang tidak bermanfaat atau cenderung kepada dosa dan maksiat. 

Lihat perkataan yang lain, seorang tabi’in terkenal bertemu dengan Abu Hurairah dan yang lainnya, Al-Hasan bin Al-Yasar Al-Bashri rahimahullah. Beliau mengatakan: 

أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانُوا عَلَى أَوْقَاتِهِمْ أَشَدَّ مِنْكُمْ حِرْصًا عَلَى دَرَاهِمِكُمْ وَدَنَانِيرِكُمْ. 

"Aku mendapati suatu kaum (yaitu para sahabat, karena beliau bertemu dengan para sahabat) mereka lebih gigih menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, lebih gigih dibandingkan kalian (yang) sangat memperhatikan emas dan perak kalian."

Itulah kebiasaan para salafus saleh, para sahabat. Terutama di dalam bulan Ramadhan ini kita harus benar-benar menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. 

Kemudian perhatikan juga perkataan dari Ibnul Jauzi rahimahullah, dinukilkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab beliau Fathul Bari. Ibnul Jauzi ulama Islam abad ke-6 H, beliau mengatakan: 

مَنِ اسْتَعْمَلَ فَرَاغَهُ وَصِحَّتَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ فَهُوَ الْمَغْبُوطُ. 

"Barang siapa yang menggunakan waktu luangnya di dalam ketaatan kepada Allah dan waktu sehatnya di dalam ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang yang pantas untuk di-iri-i." 

Anda di dalam bulan Ramadhan seperti ini salah satu yang patut kita iri-i. Yang boleh di-iri-i adalah orang sehat menggunakan kesehatannya untuk taat kepada Allah, orang lapang waktu menggunakan kelapangan waktunya untuk taat kepada Allah. 

وَمَنِ اسْتَعْمَلَهَا فِي مَعْصِيَةِ اللهِ فَهُوَ الْمَغْبُونُ. 

"Dan barang siapa yang menggunakannya di dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia orang yang sangat merugi."

لِأَنَّ الْفَرَاغَ يَعْقُبُهُ الشُّغْلُ وَالصِّحَّةَ يَعْقُبُهُ السَّقَمُ. 

Kenapa demikian?
Kenapa tertipu? 

Karena waktu luang pasti setelahnya ada waktu sibuk; waktu sehat pasti setelahnya ada waktu sakit. Maka jangan selalu kita merasa selalu punya waktu luang, selalu kita merasa selalu punya sehat, tidak. 

Maka ahibbaty hafidzakumullah, Imam Ibnu Qoyyim al-Jauzi rahimahullah di dalam kitab beliau Al-Fawaid mengatakan: 

إِضَاعَةُ الْوَقْتِ أَشَدُّ مِنَ الْمَوْتِ. 

"Menyia-nyiakan waktu lebih dahsyat daripada kematian seseorang."

لِأَنَّ إِضَاعَةَ الْوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الْآخِرَةِ وَالْمَوْتَ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَأَهْلِهَا. 

"Karena menyia-nyiakan waktu memutus engkau dari Allah dan juga pahala di akhirat, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan juga dari penghuni dunia saja."

Maka hati-hati.
Para ulama salaf mengatakan: 

مِنْ عَلَامَاتِ الْمُقْتِ إِضَاعَةُ الْوَقْتِ. 

Ini perhatikan di pesan saya terakhir. Lihat anda di bulan Ramadhan ini, sedang dimurkai oleh Allah atau sedang dirahmati oleh Allah. Lihat penggunaan waktu anda, apakah untuk amal saleh atau tidak. 

Para ulama salaf terdahulu mengatakan: "Termasuk tanda kemurkaan adalah menyia-nyiakan waktu." 

Silahkan cek masing-masing terhadap diri kita masing-masing, saya sebelum para saudara-saudari sekalian, apakah kita termasuk orang yang diridhai oleh Allah atau yang dimurkai oleh Allah? Lihat bagaimana penggunaan waktu kita. 

Semoga bermanfaat. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ


═════ ∴ |GiS| ∴ ═════  3



╔═❖•ೋ°📖° ೋ•❖═╗                        
Pesan Indah Ramadhan
╚═❖•ೋ°👥° ೋ•❖═╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/ 

👤 Oleh: Ustadz Ahmad Zaenuddin Al Banjary, Lc حفظه الله تعالى

 📚 Pesan Indah Ramadhan 4

Berpuasa dari Hal yang Diharamkan oleh Allah Ta’ala

 

════════════════

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ ٱللهِ
وَالْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلٰى رَسُولِ اللهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهٖ وَمَنْ وَالَاهُ .

Kaum muslimin yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota Grup Islam Sunnah yang semoga selalu dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada pertemuan yang ini, pesan indahnya adalah "Berpuasalah dari Hal yang Diharamkan oleh Allah". 

Ahibbaty hafidzakumullah.
Sudah kita ketahui bersama bahwasanya berpuasa adalah menahan makan, minum, bersetubuh di siang hari bulan Ramadhan, dan seluruh yang membatalkan puasa di siang hari bulan Ramadhan, dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari. 

Tetapi kita juga harus ingat bahwasanya berpuasa bukan hanya meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi berpuasa juga meninggalkan hal-hal yang mengurangi pahala puasa. 

Makanya hati-hati akan hal ini, karena terkadang seseorang berpuasa kemudian meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa (makan, minum, bersetubuh di siang hari bulan Ramadhan), tetapi ternyata pahalanya cuma dapat lapar dan haus setelah dinilai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Oleh karena itu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan akan hal ini. Sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ala alihi wasallam bersabda: 

❲ لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ❳

"Bukanlah berpuasa itu cuma menahan makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya berpuasa adalah menahan dari perbuatan-perbuatan sia-sia dan _rafats_." 

_Rafats_ [ رَفَثَ ], kata Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah di dalam kitab beliau Fathul Baari (adalah) [ الْكَلَامُ الْفَاحِشِ ] yaitu ucapan yang keji, ucapan yang kotor, ucapan yang porno.

Kemudian beliau mengatakan: 

وَهُوَ يُطْلَقُ عَلَى هَذَا وَعَلَى الْجِمَاعِ وَعَلَى مُقَدِّمَاتِهِ

"Dan dia adalah ucapan juga mencakup seluruh ucapan yang berkaitan dengan hubungan badan dan segala pendahuluan dari hubungan badan." 

Maka ketika berpuasa kita harus menjaga dari ucapan-ucapan yang kotor, ucapan-ucapan yang keji, ucapan-ucapan yang tidak pantas diucapkan oleh seorang muslim apalagi saat dia sedang berpuasa. 

وَعَلَى ذِكْرِهِ مِنَ النِّسَاءِ 

Termasuk juga, kata beliau, termasuk ucapan _fahisy_, adalah ucapan-ucapan yang berkaitan dengan penyebutan apa yang ada pada perempuan yang bisa menaikkan syahwat, yang bisa menggerakkan nafsu birahi. 

Maka orang yang berpuasa, bukan hanya sekedar menahan yang mubah (makan, minum, bersetubuh) tetapi juga menahan lisan dari berkata-kata yang keji dan kotor. 

Kemudian di dalam hadits tadi disebutkan [ مِنَ اللَّغْوِ ] 'minal laghwi' yaitu berpuasa dari perbuatan yang sia-sia. 

Ahibbaty hafidzakumullah Ta’ala. 
Berpuasa dari perbuatan yang sia-sia banyak contohnya. Di antaranya yaitu hal-hal yang sangat diharamkan saat berpuasa; seperti berkelahi, bertengkar. Kadang-kadang terkumpul rasa lapar, rasa haus, kemudian ada orang yang bikin masalah, maka jaga kelakuan kita. 

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ala alihi wasallam bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu: 

❲ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثُ وَلَا يَصْخَبُ ❳

"Jika pada hari salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata _rafats_." 

وَلَا يَصْخَبُ 

Kata Al-Hafidz ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah dalam kitab beliau Fathul Baari: 

الصَّخْبُ : الْخِصَامُ مَعَ الصِّيَاحِ 

" _Sakhb_ adalah bertengkar sambil berteriak-teriak."

Makanya setelah itu Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan solusi agar kita tidak bertengkar. 

❲ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِ امْرُءٌ صَائِمٌ ❳

Kalau seandainya ada orang ngajak bertengkar, ngajak berkelahi, menghina dia, mencaci dia, maka ucapkan (ada ulama yang mengatakan ucapkan dengan lisan, ada ulama yang mengatakan.. ini namanya maknawi, artinya jauhi): "Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa".
Ini salah satu perbuatan yang sia-sia.

Kemudian, ahibbaty hafidzakumullah,
Berpuasa bukan hanya sekedar menahan makan, minum, bersetubuh, dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari dan seluruh yang membatalkan puasa, tetapi juga menahan hal-hal yang mengurangi pahala puasa. Di antaranya juga adalah yaitu berdusta, lisannya dusta dan juga segala perbuatan yang mengkonsekuensikan kepada kedustaan, dan juga perbuatan yang tidak bermanfaat. Maka orang yang berpuasa harus menjauhi akan hal ini. 

Sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu: 

❲ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرُ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ ❳

Barang siapa yang tidak meninggalkan dusta [ الزُّوْرُ ] 'az-zuur', kata Al-Hafidz 
Ibnu Hajar [ قَوْلُ الْكَذِبِ ] ucapan dusta; [ وَالْعَمَلَ بِهِ ] dan perbuatan yang mengkonsekuensikan kepada kedustaan (berarti dia termasuk menipu, mengoplos, memalsukan, me-mark up, dan semisalnya); dan juga [ الْجَهْلَ ] 'al-jahla', kata Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Imam Nawawi _as-safah_ artinya perbuatan sia-sia, perbuatan dari orang yang dungu; maka Allah tidak memerlukan seseorang meninggalkan makan dan minumnya. 

Artinya puasanya nggak manfaat. Kenapa? Karena dia puasa-puasa meninggalkan yang halal tetapi masih mengerjakan yang haram. 

Maka hati-hati dusta, hati-hati perbuatan yang mengkonsekuensikan kepada kedustaan saat berpuasa, hati-hati _al-jahla_ yaitu saat berpuasa mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sia-sia, tidak ada manfaatnya.

Nah termasuk di dalamnya bisa kita qiyaskan yaitu _ghibah_ saat berpuasa; _namimah_. 
• _ghibah_: menyebutkan keburukan seseorang di belakang
• _namimah_: memindahkan pembicaraan orang lain kepada seseorang untuk menghancurkan hubungan orang lain dengan seseorang ini. 

Maka saat berpuasa seseorang harus menjauhi perbuatan tersebut. Kalau tidak, yang puasanya cuma menahan makan, minum, bersetubuh dan seluruh yang membatalkan puasa, maka puasanya nanti nihil (nol) bahkan tidak dapat pahala. Dan itu ada. Orang yang berpuasa cuma dapat lapar dan haus itu ada. Bukan cuma wacana. 

Dalam hadits riwayat Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

❲ رُبَّ صَائِمٍ؟ ❳ 

Dalam riwayat yang lain:

 ❲ كَمْ مِنْ صَائِمٍ؟ ❳

"Berapa banyak?" 
Artinya sangat banyak.

❲ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ ❳

"Bagian dari puasanya cuma lapar dan haus."

Maka kita tidak ingin seperti itu. Sudah menahan makan, minum, hal-hal yang mubah kita tahan, dan seluruh yang membatalkan puasa kita tahan dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, ternyata pahala puasanya nol. Kita tidak ingin. 

Nah saya ingin membacakan perkataan menarik dari Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah di dalam kitab beliau Lathoiful Ma'arif. Kenapa orang yang berpuasa tetapi dapatnya cuma lapar dan haus? Beliau mengatakan: 

وَسِرُّ هَذَا 

Rahasianya adalah, 

أَنَّ التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ بِتَرْكِ الْمُبَاحَاتُ لَا يَكْمُلُ إِلَّا بَعْدَ التَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ بِتَرْكِ الْمُحَرَّمَاتُ .

"Mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berpuasa, meninggalkan hal-hal yang mubah."

Puasa itu kan meninggalkan hal-hal yang mubah: 
- meninggalkan makan mubah, kita tinggalkan demi puasa,
- minum mubah, kita tinggalkan demi puasa,
- bersetubuh mubah, kita tinggalkan demi puasa.
Ini semua tidak akan sempurna sampai kita meninggalkan yang haram. 

Kemudian beliau mengatakan: 

فَمَنِ ارْتَكَبَ الْمُحَرَّمَاتُ ثُمَّ تَقَرَّبَ إِلَى اللهِ بِتَرْكِ الْمُبَاحَاتُ كَانَ بِمَثَابَةِ مَنْ يَتْرُكُ الْفَرَائِضَ وَيَتَقَرَّبُ بِالنَّوَافِلِ .

"Siapa saat berpuasa mengerjakan hal-hal yang haram kemudian dia mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan yang halal, ini persis seperti orang yang meninggalkan shalat-shalat wajib, amalan-amalan wajib, lalu mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah, maka ini tidak bermanfaat."

Maka hati-hati, puasanya bukan cuma berpuasa dari makan minum, tetapi berpuasalah dari hal-hal yang haram. Karena Allah menginginkan saat kita berpuasa kita pun juga bertakwa. Bahkan tujuan puasa adalah takwa. Dan salah satu takwa adalah meninggalkan hal-hal yang haram saat berpuasa. 

Selamat berjuang meninggalkan hal-hal yang haram saat berpuasa sebagaimana anda berjuang menahan lapar dan haus.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ


═════ ∴ |GiS| ∴ ═════ 4



Postingan populer dari blog ini

BIMBINGAN SINGKAT AMALAN HAJI

BEKAL ISLAM

Al Fatihah 1