KITAB SIFAT SHALAT NABI Sujud Bagian 2

   ╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
                                   
         Grup Islam Sunnah | GiS
          
   ╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝

🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى

📚 *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.*

Pembahasan tentang Sujud Bag 05 ~ Wajibnya Tumakninah ketika Sujud


══════════════════ 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Wajibnya Tumakninah ketika Sujud 

وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِإتْمَامِ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ ، 

Dan dahulu Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada umatnya untuk menyempurnakan rukuk dan sujudnya. 

Kata-kata "memerintahkan" berarti mewajibkan, karena pada asalnya perintah menunjukkan makna wajib. Sehingga kita ketika rukuk dan sujud, maka kita harus menyempurnakannya. Kalau kita tidak menyempurnakan, maka rukuk dan sujud kita tidak sah. 

وَيَضْرِبُ لِمَنْ لَا يَفْعَلُ ذٰلِكَ مِثْلَ الْجَائِعُ ، 

Dan Beliau mengumpamakan orang yang tidak melakukan hal tersebut seperti orang yang lapar. 

Orang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujud diumpamakan oleh Rasulullah ﷺ seperti orang yang lapar. 

يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَيْنِ لَا تُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا ، 

Orang yang lapar tersebut memakan satu atau dua biji kurma dan itu sama sekali tidak bisa mengenyangkannya. 

Orang kelaparan kalau hanya makan satu dua kurma maka makanan tersebut tidak mengenyangkannya sama sekali. Seperti itulah orang yang rukuk dan sujudnya tidak sempurna. Rukuk dan sujudnya menjadi tidak berguna untuk shalatnya. 

وَكَانَ يَقُوْلُ فِيْهِ : ❲ إِنَّهُ مِنْ أَسْوَإِ النَّاسِ سَرِقَةً ❳ 

Dan Rasulullah ﷺ mengatakan untuk orang yang tidak menyempurnakan sujud dan rukuknya: "Sungguh dia adalah orang yang paling buruk pencuriannya". 

Orang yang/pencuri yang paling buruk adalah orang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dia mencuri dalam shalatnya. 

وَكَانَ يَحْكُمُ بِبُطْلَانِ صَلَاةِ مَنْ لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ فِيْ الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ ، 

Dahulu Rasulullah ﷺ menghukumi batalnya shalat orang yang tidak tumakninah ketika rukuk dan sujudnya. 

Di sini kata-kata "meluruskan punggungnya" (لَا يُقِيْمُ صُلْبَهُ , -ed), para ulama yang mensyarah hadist ini mengatakan maksudnya adalah tidak tumakninah. 

Jadi ketika rukuk dia tidak tumakninah; ketika sujud dia tidak tumakninah. Maka orang yang demikian shalatnya tidak sah. 

Seperti orang yang kalau Ramadhan shalat 23 rakaat dalam 7 menit, dalam 10 menit, rukuk dan sujudnya mereka tidak tumakninah, dan seperti itu tidak sah. Kasihan. Capek, tidak ada pahalanya. Bahkan kalau dia tahu bahwa shalat yang seperti itu tidak sah masih nekad ikut jama'ah, seperti itu malah berdosa. Karena dia tahu shalatnya tidak sah tapi dia masih mengikutinya. 

كَمَا سَبَقَ تَفْصِيْلُهُ فِي ❲ الرُّكُوْعِ ❳ ، وَأَمَرَ ❲ الْمُسِيْءَ صَلَاتَهُ ❳ بِالْإِطْمِئْنَانِ فِي السُّجُوْدِ ، كَمَا تَقَدَّمَ فِيْ أَوَّلِ الْبَابِ. 

Dan dahulu Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada orang yang tidak benar di dalam shalatnya agar dia bertumakninah di dalam sujudnya. 

Ini dalil-dalil yang menunjukkan bahwa kita wajib untuk tumakninah di dalam sujud kita. Sehingga kalau kita tidak tumakninah maka sujud kita batal, dan ketika sujud kita batal, shalatnya menjadi batal. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  


🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Larangan Membaca Al-Qur'an dalam Rukuk dan Sujud


══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).


Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah, 

Syaikh Al-Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan, 

[ النَّهْيُ عَنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فِيْ السُّجُوْدِ ] 

- Larangan Membaca Al-Qur'an di dalam Sujud - 

Di dalam bab ini Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala ingin menyampaikan kepada kita, bahwa membaca Al-Qur’an di dalam sujud itu merupakan sesuatu yang dilarang. 

Walaupun kelihatannya baik, membaca Al-Qur’an apa salahnya; apalagi ketika sujud, ketika kita benar-benar dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dari sisi ini logis-logis saja, masuk akal kalau kita membaca Al-Qur’an di dalam sujud. Tapi ternyata hal itu dilarang oleh Nabi kita Muhammad ﷺ . 

Dan dari sisi lain larangan ini juga logis. Kenapa? Karena sujud adalah sikap kita merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan serendah-rendahnya; sedangkan di sisi lain Al-Qur'an adalah Kalamullah yang sangat dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga tidak pas Al-Qur’an dibaca ketika kita sedang merendahkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan serendah-rendahnya. 

Makanya jamaah sekalian rahimani wa rahimahullah, agama Islam itu tidak bisa kita kembalikan kepada akal saja. Memang tidak ada ajaran dari Islam yang bertentangan dengan akal yang sehat, tapi kadang-kadang akal manusia itu berbeda-beda atau bahkan seringkali, seringkali akal manusia itu berbeda-beda. 

Ketika itulah kita sangat membutuhkan wahyu dari Allah subhanahu wa Ta’ala sehingga akal-akal yang berbeda-beda itu bisa kita satukan, kita kembalikan kepada wahyu Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik wahyu tersebut berupa Al-Qur’an ataupun Hadits Qudsi ataupun hadits Nabi Muhammad ﷺ. 

Syaikh Albani di sini -rahimallahu Ta’ala- mengatakan, 

وَكَانَ ﷺ يَنْهَى عَنْ قِرَاءَةِ القُرْآنِ فِي الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ، 

"Dahulu Nabi kita Muhammad ﷺ melarang membaca Al-Qur’an di dalam rukuk dan sujud" 

وَيَأْمُرُ بِالْإِجْتِهَادِ وَالْإِكْثَارِ مِنَ الدُّعَاءِ فِي هٰذَ الرُّكْنِ، 

"Dan Beliau memerintahkan kepada umatnya agar bersungguh-sungguh dan memperbanyak doa di rukun ini" 

Yang dimaksud dengan kata-kata Beliau "di rukun ini" adalah "di sujud". 

Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada kita semuanya untuk bersungguh-sungguh dan memperbanyak doa ketika sujud. 

كَمَا مَضَى فِي ❲ الرُّكُوْعِ ❳ 

Sebagaimana penjelasan itu telah lalu dalam pembahasan rukuk. 

Ketika Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala membahas tentang rukuk beliau sudah sampaikan ini, bahwa ketika kita sujud kita diperintahkan untuk bersungguh-sungguh dan memperbanyak doa. 

Syaikh Albani mengatakan lagi, 

وَكَانَ يَقُوْلُ : 

Dahulu Rasulullah ﷺ bersabda, 

❲ أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ [ فِيْهِ ] ❳ 

"Keadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu." 

Perbanyaklah doa ketika itu. 

Jamaah sekalian rahimani wa rahimahullah, 
Alhamdulillah, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kepada kita kesempatan yang sangat besar untuk berdoa, terutama ketika sujud. Maka jangan sia-siakan amalan sujud kita. Jangan sia-siakan amalan sujud kita.  

Coba kita renungkan. Dalam sehari kita diwajibkan untuk shalat 17 rakaat; Subuh 2 rakaat, kemudian Dzuhur 4 rakaat jadinya 6, Ashar 4 rakaat jadinya 10, Maghrib 3 rakaat jadinya 13, Isya 4 rakaat jadinya 17. Dan setiap rakaat ada dua sujud, berarti ada 34 sujud. Itu baru yang wajib. Dan Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk memperbanyak dan bersungguh-sungguh dalam berdoa ketika sujud, karena doa ketika sujud adalah doa yang sangat mustajab karena kita sangat dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Maka jamaah sekalian rahimani wa rahimahullah, jangan sia-siakan sujud-sujud kita. Sisipkan doa dalam sujud-sujud kita. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengijabahi apapun yang kita panjatkan kepada-Nya. 

Jamaah sekalian rahimani wa rahimahullah, 
Kita membahas tentang larangan membaca Al-Qur’an ketika sujud, begitu pula ketika rukuk. Namun yang sering ditanyakan adalah bagaimana ketika seseorang berdoa saat sujud dengan doa  yang ada di dalam Al-Qur’an. Apakah dibolehkan? 

Jawabannya, jamaah sekalian rahimani wa rahimahullah, apabila niat kita adalah berdoa maka dibolehkan, karena 

إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ 

"Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya." _(HR. Bukhari dan Muslim)_ 

Apabila niatnya adalah berdoa maka apa yang dia baca menjadi doa, seperti misalnya doa: 

{ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ } 

_"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)_ 

Itu adalah doa yang ada dalam Al-Qur’an. Apabila kita ingin berdoa dengan doa itu ketika sujud maka dibolehkan, asalkan niat kita adalah berdoa, bukan membaca Al-Qur’an. 

• Ada juga doanya Nabi Ibrahim, 

{ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ ٱلْحِسَابُ } 

_"Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)" (QS. Ibrahim: 41)_ 

• Ada juga doanya Nabi Adam, 

{ رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ } 

_"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al A'raf: 23)_ 

• Doanya Nabi Ibrahim, 

{ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ } 

_"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. As-Saaffat: 100)_ 

• Doanya Nabi Zakaria, 

{ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ } 

_"Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Mendengarkan doa." (QS. Ali Imran: 38)_ 

• Kemudian doanya Nabi Yusuf, 

{ تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّلِحِينَ } 

_"Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh." (QS. Yusuf: 101)_ 

• Doa minta ampunan, 

{ رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ } 

_"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti." (QS. Ali Imran: 193)_ 

Membaca doa-doa ini di dalam sujud kita ketika niatnya adalah untuk berdoa, maka tidak masalah karena niat kita untuk berdoa, bukan untuk membaca Al-Qur’an. Wallahu Ta'ala a'lam. 

_____ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

Dan InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ. 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan Memanjangkan Sujud

══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala membahas tentang memanjangkan sujud. 

Maksudnya adalah anjuran dari Nabi kita Muhammad ﷺ agar kita memanjangkan sujud kita. 

وَكَانَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْعَلُ سُجُوْدَهُ قَرِيْبًا مِنَ الرُّكُوْعِ فِي الطُّوْلِ ، 

Dan dahulu Rasulullah ﷺ ketika shalat, Beliau menjadikan sujudnya panjang seperti panjangnya rukuknya. 

Beliau ketika rukuk, rukuk dengan waktu yang lama, begitu pula ketika sujudnya. 

وَرُبَّمَا بَالَغَ فِي الْإِطَالَة لِأَمْرٍ عَارِضٍ ، 

Kadang-kadang Beliau sangat memanjangkan sekali sujudnya, karena ada suatu kondisi yang khusus. 

Kadang-kadang Beliau sangat lama dalam sujudnya. 

كَمَا قَالَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ : 

Sebagaimana disebutkan oleh sebagian sahabat Beliau, 

❲ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي إِحْدَى صَلَاتَي الْعَشِي ـ [ الظُّهْرِ أَوِ الْعَصْرِ ] وَهُوَ حَامِلٌ حَسَنًا اًوْ حُسَيْنًا، ❳ 

Suatu ketika Rasulullah ﷺ pernah keluar untuk menjadi imam kami di salah satu shalat siang, shalat itu antara shalat Dzuhur dan shalat Ashar (dua kemungkinan, kalau tidak shalat Dzuhur ya shalat Ashar, salah satu dari shalat siang), dan ketika itu Beliau membawa Hasan atau Husain (ini juga ragu apakah Hasan ataukah Husain radhiallahu anhuma) 

❲ فَتَقَدَّمَ النَّبِيُّ ﷺ فَوَضَعَهُ [ عِنْدَ قَدَمِهِ الْيُمْنَى ] ،❳ 

Maka Rasulullah ﷺ maju (maksudnya menjadi imam) dan Beliau meletakkan cucunya di samping kaki kanannya. 

❲ ثُمَّ كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّى، ❳ 

Kemudian Rasulullah ﷺ bertakbir dan Beliau pun mulai shalatnya. 

❲ فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا، ❳ 

Di tengah shalat ini, Rasulullah ﷺ bersujud dengan sujud yang sangat lama. 

❲ فَرَفَعْتُ رَأْسِيْ [ مِنْ بَيْنِ النَّاسِ ] ❳ 

Maka aku pun (perawi mengatakan) aku pun mengangkat kepalaku, sedangkan manusia/makmum yang lain mereka sujud mengikuti sujudnya Rasulullah ﷺ , sedangkan aku mengangkat kepalaku. 

❲ فَإْذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهْرِ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ وهُوَ سَاجِدٌ، فَرَجَعْتُ إِلَى سُجُوْدِيْ، ❳ 

Ternyata ada anak kecil yang berada di punggung Rasulullah ﷺ dan Beliau ketika itu dalam keadaan sujud (jadi Rasulullah ﷺ  sujud, Hasan atau Husain itu main-main di punggung Rasulullah ﷺ ), maka aku pun akhirnya sujud kembali. 

❲ فَلَمَّا قَضَى رَسُوْلُ اللهِ ﷺ الصَّلَاةُ، قَالَ النَّاسُ : ❳ 

Maka ketika Rasulullah ﷺ selesai dari shalatnya, orang-orang berkata kepada Rasulullah ﷺ : 

❲ يَا رَسُوْلَ الله! إِنَّكَ سَجَدْتَ بَيْنَ ظَهرَانَيّ صَلَاتِكَ [ هَذِهِ ] سَجْدَةً أَطَلْتَهَا، ❳ 

Wahai Rasulullah ﷺ, di shalat ini engkau melakukan sujud yang sangat lama sekali. 

❲ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ ، أَوْ أَنَّهُ يُوْحَى إِلَيْكَ ! ❳ 

Sampai-sampai kami mengira ada sesuatu yang terjadi (ada sesuatu yang tidak wajar yang terjadi), atau ada wahyu yang turun kepadamu. 

قَالَ :
Maka Rasulullah ﷺ mengatakan, 

( كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُن ،) 

Dua hal itu semuanya tidak terjadi. 

-> Jadi tidak ada sesuatu yang istimewa yang terjadi. Sesuatu yang tidak wajar terjadi, tidak. Tidak juga turun wahyu kepadaku. 

( وَلَكِنَّ ابْنِيْ إِرْتَحَلَنِيْ ) 

Akan tetapi anakku ini menunggangiku. 

Di sini Rasulullah ﷺ menyebut cucu sebagai anak, dan ini boleh dalam bahasa Arab. Jadi cucu bisa disebut sebagai anak dalam bahasa Arab. Makanya kalau ada orang berwasiat dalam bahasa Arab, "aku berwasiat untuk anak-anakku", misalnya mereka berwasiat "kepada anak-anakku", mereka harus yang melakukan ini dan itu, ternyata tidak punya anak. Maka wasiat tersebut harus dijalankan oleh cucu. Karena ya dalam bahasa Arab cucu bisa disebut juga sebagai anak. 

Sebagaimana Rasulullah ﷺ mengatakan 
وَلَكِنَّ ابْنِيْ إِرْتَحَلَنِيْ 
(akan tetapi anakku menunggangiku) 

( فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ ) 

Sehingga aku tidak ingin mempercepat untuk mengangkat kepalaku, sampai anakku ini puas dengan keinginannya. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  

🌏 https://grupislamsunnah.com/

👤  Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A. حفظه الله تعالى 

📚  *Kitab Shifatu Sholatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Minattakbiri ilattaslim ka-annaka Taroha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani -Rahimahullah.* 

Pembahasan tentang Memanjangkan Sujud Bag 02

══════════════════ 

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. 

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Al Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan dalam kitabnya, 

وَفِيْ حَدِيْثٍ آخَرْ : 

Di dalam hadits yang lain disebutkan: 

❲ كاَنَ ﷺ يُصَلِّي ، ❳ 

Dahulu Rasulullah ﷺ pernah shalat, 

❲ فَإِذَا سَجَدَ وَثَبَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنِ عَلَى ظَهْرِهِ ، ❳ 

Lalu ketika Beliau sujud, Hasan dan Husain meloncat ke atas punggung Beliau. 

Di dalam riwayat ini dikatakan dua-duanya. Kalau di dalam riwayat yang sebelumnya kata-katanya "atau", ada ragu-ragu dalam periwayatannya. Di dalam riwayat ini dikatakan dengan [ و ] 'dan'. 
"Hasan dan Husain meloncat ke punggung Rasulullah ﷺ." 

❲ فَإِذَا مَنَعُوْهُمَا، ❳ 

Ketika melihat itu, para sahabat yang shalat di belakang Beliau, melarang keduanya, 

❲ أَشَارَ إِلَيْهِمْ أَنْ دَعُوْهُمَا ، ❳ 

Maka Rasulullah ﷺ memberikan isyarat kepada mereka agar mereka membiarkan keduanya meloncat ke punggung Beliau ketika Beliau sedang sujud.

❲ فَلَّمَا قَضَى الصَّلَاةَ وَضَعَهُمَا فِي حِجْرِهِ ❳ 

Seusai shalat, Beliau meletakkan keduanya di atas pangkuan Beliau, dan Beliau bersabda:

❲ (مَنْ أَحَبَّنِيْ فَلْيُحِبَّ هَذَيْنِ ) ❳ 

Barangsiapa yang mencintai aku, maka cintailah kedua orang ini/kedua anak ini (yaitu Hasan dan Husain). 

Di dalam hadits ini terdapat pelajaran yang sangat berharga yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala, bahwa kadang-kadang seseorang boleh melamakan sujudnya melebihi rukun-rukun yang lain; melebihi rukuknya, melebihi duduknya di antara dua sujud, melebihi i'tidalnya, karena ada kebutuhan untuk melamakan sujud. 

Boleh bagi kita misalnya kita ingin doa di sujud kita dalam waktu yang lama. Ini dibolehkan. Kenapa demikian? Karena kita sangat membutuhkannya. Kalau kita misalnya, membutuhkan doa yang lama ketika sujud, maka kita dibolehkan untuk melamakan sujud kita melebihi lamanya rukun-rukun yang lain. 

Kalau untuk kebutuhan memuaskan cucu saja yang bermain Rasulullah ﷺ melamakan sujudnya, maka kebutuhan untuk berdoa di sujud kita lebih dari itu. Memberikan kesempatan bermain kepada anak, ini kebutuhan yang lebih ringan daripada kebutuhan seseorang untuk memperbanyak doanya ketika sujudnya. Kalau memberikan kesempatan untuk bermain di atas punggung kepada anak kecil saja dibolehkan, maka untuk memperlama sujud karena dorongan/ keinginan doa yang lama di sujud itu lebih dibolehkan lagi. 

Dan di dalam hadits ini kita bisa mengambil pelajaran, betapa sayangnya Rasulullah ﷺ kepada cucunya ini. Dan ini bisa kita tiru. Ketika kita membawa anak kecil dan misalnya anak kecil tersebut naik di punggung kita, maka kita ada baiknya berusaha untuk memuaskan anak kecil tersebut agar dia puas dengan permainannya ketika kita sedang sujud. Tapi kita harus tetap menjaga kekhusyukan kita. 

Kita manfaatkan sujud itu untuk banyak berdoa, untuk banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan saat sujud. Kita ulang-ulang terus. Jangan hanya menunggu saja, kemudian kekhusyukan menjadi hilang, tidak. Tetap kita jaga kekhusyukan kita, kita berikan kesempatan kepada anak di punggung, tidak ada masalah. Sehingga kita mendapatkan dua pahala; pahala melamakan sujud, pahala memperbanyak dzikir, dan pahala memberikan kesenangan kepada anak kecil. 

Dan di dalam hadits ini terdapat pelajaran yang sangat berharga juga, bahwa mencintai _dzurriyah_ atau keturunan Rasulullah ﷺ itu wujud dari kecintaan kita kepada Rasulullah ﷺ. Mencintai keturunan Rasulullah ﷺ itu adalah wujud kecintaan kita kepada Rasulullah ﷺ. Karena Rasulullah mengatakan [ مَنْ أحَبَّنِي فلْيُحِبَّ هَذَيْنِ ]  (Barangsiapa yang mencintaiku maka cintailah kedua anak ini). Dan keduanya adalah keturunan Rasulullah ﷺ . 

Makanya tidak benar orang yang mengatakan: keturunan Rasulullah ﷺ sama dengan yang lain. Tidak benar orang yang mengatakan bahwa keturunan Rasulullah ﷺ sama dengan yang lain. Keturunan Rasulullah ﷺ punya keistimewaan, punya kelebihan. Mereka punya kedekatan nasab dengan orang yang sangat mulia, dengan manusia yang sangat mulia, dengan makhluk yang paling mulia, yaitu Rasulullah ﷺ, sehingga mereka punya kelebihan daripada yang lain. 

Namun yang perlu diperhatikan juga, bahwa keutamaan nasab ini tidak berguna sama sekali apabila amalan orang tersebut tidak baik dan tidak benar. Kalau amalannya buruk, maka orang yang bertakwa lebih utama daripada orang yang punya nasab yang mulia. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Quran mengatakan, 

{ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللهِ أَتْقَاكُمْ ۚ } 

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa" (QS. Al-Hujurat: 13) 

Sehingga mulianya nasab itu baru bermanfaat ketika amal seseorang baik dan benar. Ketika amalannya tidak baik atau amalannya tidak benar, maka nasabnya tidak akan berguna. 

Bapaknya Nabi Ibrahim apakah mulia? Tidak mulia, walaupun anaknya seorang nabi yang sangat mulia. Tidak berguna. Anaknya Nabi Nuh, nasabnya apakah berguna? Tidak berguna sama sekali karena dia durhaka, karena dia kafir. Begitu pula dengan orang yang misalnya dia keturunan Rasulullah. 

Kalau amalannya tidak baik atau amalannya tidak benar, maka orang yang berilmu lebih mulia dari mereka. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat orang yang berilmu dan beramal baik. 

{ يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ } 

"Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang yang diberikan ilmu" (QS. Al Mujadilah: 11) 

Jadi, beriman, dia mengamalkan ilmunya dan dia berilmu; diberikan ilmu oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan beberapa derajat. 

{ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللهِ أَتْقَاكُمْ ۚ } 

"Orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa" 

Dan takwa tidak mungkin terwujud kecuali dengan ilmu. Takwa itu, ada ilmunya kemudian diamalkan ilmu tersebut. Mereka lebih mulia walaupun tidak punya nasab; daripada orang yang punya nasab yang mulia tapi ternyata amalannya tidak baik, atau dia jahil. 

Makanya kita harus adil dalam menyikapi masalah ini. Nasab itu baru berguna, baru punya nilai lebih, ketika seseorang sudah baik amalnya atau dia benar dalam jalan agamanya. 

______ 

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Ala. 

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════  


Postingan populer dari blog ini

Al Fatihah 1

BIMBINGAN SINGKAT AMALAN HAJI

BEKAL ISLAM